Siapa bilang, jemput damai malam, fatamorgana. Sangatlah tenang, dada alam pun, berdegup perlahan-lahan. Redup cahaya, nyenyakkan tidur, menunggu cahya pagi.
Damai malam, lupakan keburukan, makin melintang. Â Di hari siang, sorot mata tajamnya, bagai elang. Selalu terbang rendah, menyambar mangsa, yang tak waspada.
Damai malam, riuh merias diri, menunggu kumbang. Lelah lunglai, membutuhkan hiburan, bertabir remang. Sesampai di rumah, tulang pun lemas, langkah tertumpas.
Apakah sunyi malam, penyebab tingkah, bermacam-macam ? Mungkin karena remang, dikira aman, tak ketahuan. Saat meratap, kadang teringat, nasi menjadi bubur. Dampak berdebur, rasa bercampur baur, telah telanjur.
Jemput damai malam, dengan tenteram, putihkan angan. Gairah kan kembali, semangat pagi, terpompa lagi.