Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengunduh Duka Rembulan

12 November 2021   07:02 Diperbarui: 12 November 2021   07:13 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Dreaming Boy" - frantisek kobliha

Ribuan malam kulalui bersama mimpi. Selalu cerah ceria seperti malam berbintang.

Tetapi tidak malam ini. Pandangan retak. Gairah surut perlahan. Bumi malam mengurung pelan-pelan.

Ketika detik-detik berjatuhan dari langit. Dimensi waktu hilang. Satu langkah berjalan, selalu teringat masa silam.

Bumi selalu setia. Sabar dengarkan keluh terbata-bata. Gelombang kasih masih. Sekarang mendendangkan rasa sedih.

Bayang keraguan terus memanjang. Menjadi penghalang pandang. Ingin menyebut namamu tapi tak hendak. Kau masih saja mengabur di batas ruang.

Mengunduh duka rembulan. Itu hanyalah pantulan. Aku yang sedang tenggelam, bulan menyinari dengan sentuhan. Aku bukankah bulan.

Malam membisu. Rembulanlah yang paling tahu. Ia menyemangati untuk bangkit. Tapi aku masih ingin menikmati rasa sakit.

Mengunduh duka rembulan. Terngiang memanggil waktu. Kau dan aku semakin memencil, dalam suasana hati yang sedang menggigil.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun