Mohon tunggu...
Bambang Kussriyanto
Bambang Kussriyanto Mohon Tunggu... Purna karya konsultan manajemen bisnis namun tetap aktif sebagai pengamat perekonomian, pelatihan wirausaha dan manajemen lembaga sosial

Seorang penggemar sejarah, hobi membaca dan menulis, menyukai wawasan kepada masa depan yang lebih baik, dan karena itu berwawasan dan bersikap positif, demokratis namun non-partisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menelisik Perkembangan Komitmen Mengatasi Perubahan Iklim (I)

25 Agustus 2025   16:58 Diperbarui: 25 Agustus 2025   16:54 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Periode 1994-2004

Belakangan muncul berita-berita tentang komitmen Indonesia untuk mewujudkan kondisi "net-zero" emisi gas rumah kaca pada 2050 dalam rangka mengatasi perubahan iklim global. Ambisi yang menakjubkan. Berita-berita itu mendorong saya membuka dan mengkaji kembali catatan-catatan saya tentang perubahan iklim. Suatu perjalanan kerjasama dunia yang sangat sulit dan alot dari awalnya, kemudian berjalan tertatih-tatih, untuk selanjutnya berusaha menambah kecepatan (enhancement) implementasi.

Sebagian yang menganggap perubahan iklim adalah "isu" yang dicetuskan para ilmuwan pada 1988, semisal mayoritas orang Amerika Serikat, setelah mengalami bencana alam atmosferik belakangan sudah berubah menganggap perubahan iklim adalah kenyataan yang mengkhawatirkan. Sekarang perubahan iklim secara global dianggap "tantangan" yang harus diatasi.

Gejala perubahan iklim sudah mulai diteliti pada tahun 1960-an. Namun hasilnya baru didengarkan oleh dunia pada tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an soal Perubahan Iklim dengan berbagai gejala berupa bencana alam membuat PBB menaruh perhatian secara serius. Para ahli sejak 1988 dihimpun PBB dalam IPCC (Intergovernmental Panel  on Climate Change)  dari seluruh dunia telah mengadakan penelitian mengenai iklim dan sub-sistem iklim dan secara teratur mereka menyampaikan laporan hasil pengamatan dan penelitian mereka. Ada pula kelompok-kelompok pengamat dan peneliti independen yang secara berkala juga menerbitkan laporan.

Bahkan Gereja Katolik membentuk suatu kelompok pengamatan dan melalui almarhum Paus Fransiskus menyatakan: "Suatu konsensus ilmiah yang kuat menunjukkan bahwa kita dewasa ini sedang mengalami tingkat pemanasan yang mengganggu sistem iklim" (Paus Fransiskus, 2015, Laudato Si, art. 23).

Dalam penilaian tahun 2012, suhu daratan seluruhnya dan permukaan laut meningkat rata-rata 0,85 derajat C  sejak 1880 hingga 2013; dan antara 1901-2013 seluruh bumi telah mengalami pemanasan permukaan. "Sejumlah studi ilmiah menunjukkan bahwa pemanasan global dalam beberapa dekade terakhir ini terutama disebabkan oleh konsentrasi besar gas rumah kaca (karbon dioksid, metana, nitrogen oksid dan lain-lain) yang timbul dari aktivitas manusia. Mengumpul di atmosfer, gas-gas ini menghalangi panas sinar matahari yang dipantulkan bumi menyebar di ruang angkasa [Ibid. Art 23]. Fenomena yang disebut konsentrasi gas rumah kaca.

Berbagai Gas Rumah Kaca

"Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer karbon dioksid, metana, klorofluorkarbon dan nitrogen oksid ... meningkatkan dampak rumah kaca, yang selanjutnya menambah pemanasan pada permukaan bumi. Uap air yang juga gas rumah kaca utama akan bertambah sebagai akibat dari pemanasan bumi, dan pada gilirannya ikut menambah pemanasan itu juga...."  (IPPC 1990, xi, dinyatakan lagi dalam IPCC (2007a) dan IPPC (2007b). Untuk masa antara 2016-2035 para ahli memperkirakan suhu rata-rata bumi akan terus bertambah lagi antara  0,3 derajat C -- 0,7 derajat C, dan hingga akhir abad nanti (2100) peningkatan suhu diproyeksikan antara  0,3 derajat C hingga  4,8 derajat C.

Tentang sumber-sumber peningkatan konsentrasi CO2 dalam atmosfer, dikatakan terutama bersifat antropogenik, artinya berasal dari kegiatan manusia. Pembakaran bahan bakar fosil (minyak/gas bumi) untuk membangkitkan listrik, alat transportasi dan untuk alat pemanasan/pendinginan melepaskan CO2  dalam jumlah terbesar ke dalam atmosfer. Pembakaran bahan bakar fosil secara keseluruhan menyumbang 26% peningkatan konsentrasi  karbon dioksid dalam atmosfer. Deforestasi menyumbang antara 15%-17% pada pelepasan konsentrasi CO2 ke dalam atmosfer.  Sektor energi, industri dan kehutanan bersama-sama menyumbang 60% emisi gas rumah kaca.

Konsentrasi alamiah metana CH4 di atmosfer karena meningkatknya suhu laut Arctic yang tinggi dan anomali lebih dari rata-rata penguapan laut di wilayah tropis juga menyumbang peningkatan suhu atmosfer. Penyebab-penyebab lainnya dari kenaikan konsentrasi metana adalah peningkatan produksi padi, peternakan, pembakaran biomasa, pertambangan batubara, dan pembakaran sebagian gas yang ditambang dalam pertambangan gas bumi.

Gas rumah kaca ketiga yang menyumbang peningkatan suhu bumi adalah nitrogen oksid N2O terutama dari emisi yang disebabkan pengolahan tanah menggunakan pupuk nitrogen baik sintetis maupun organik atau kotoran hewan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun