Mohon tunggu...
Bambang Mintorogo
Bambang Mintorogo Mohon Tunggu... Novelis - Penulis, penyair, novelis

Penulis merupakan pengiat sastra di kota Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Black Rose Isabel (Hal 85-98)

25 Maret 2022   22:24 Diperbarui: 25 Maret 2022   22:27 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc personal L Mintorogo

" Ada apa John ?. " Ia mengalihkan pandangannya. " Ti,ti, tidak, maafkan saya, baru pertama kali saya melihat wanita secantik anda. "  Gagap jawabnya  menundukkan wajahnya dari tatapan Isabel.

Jonathan membuka pintu taksi. " Ini untukmu. " Jonathan memberi satu bendel uang dollar kepada Dewo." I, i, ini terlalu banyak. "  Dewo terheran . " Oh, ini untuk berdua  ya ?. "  Tanyanya. " Tidak hanya untukmu ". Ia semakin terheran." benarkah tuan ?.Ma, makasih.  John, aku balik dulu, terima kasih tuan ."

Tanpa panjang lebar, Ia pergi begitu saja, sementara John terdiam  saat melihat Isabel dan Jonathan bertatapan, seolah berkomunikasi tanpa kata-kata, Jonathan bergegas mendatangi John.

" John ini untukmu ." Ia mengangguk, ia bingung, dengan tas yang di berikan Jonathan. Ia buka dan seolah tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia hanya bisa tergagap-gagap dengan banyaknya uang dollar yang ia dapatkan.    

 " Belilah mobil tipe suv dan antar kami ke manapun pergi. Sisa uang yang ada, boleh kau belikan mobil Ferari seperti yang kau idam-idamkan selama ini  ."   Mendengar itu ia menelan ludah, mulutnya terasa berat untuk bicara. " Be,benarkah ?. "

Tanyanya tidak percaya." Ten,ten, tentu, akan aku layani anda, tuan ." Ia membungkuk memberi hormat. " Tidak untukku, tapi untuk tuan putri, putri Isabel. "  Ia menoleh ke arah Isabel.  Ia memberi hormat padanya, sembari memberi kartu nama.

John bergegas pergi dengan kegembiraan yang tidak bisa ia bendung, sementara di depan pintu rumah bercorak kolonial tinggalan Belanda tempo dulu,  Isabel di sambut oleh seorang pelayan yang membungkuk seperti bertemu tuannya.

Ia mempersilahkan masuk, lalu menunjukkan pada rombongan, untuk masuk menuju ke ruang tengah. Sesampainya di ruang utama, sang pelayan menekan tombol yang membuat lemari yang di penuhi buku terbuka, di mana di baliknya terdapat jalan menuju ruang bawah tanah yang besar.

Pandangan fox seperti girang melihat ruangan besar yang dipenuhi buku-buku dan barang-barang kuno. Seolah tengah memasuki perpustakaan besar dengan museum sebagai bingkainya. Sang pelayan menutup lemari  kembali, saat satu peratu tamunya bergegas duduk.

Sejenak memusatkan fikiran, seketika buku-buku itu berterbangan satu persatu dari rak ke arah mereka, lalu halaman demi halaman satu per satu terbuka. Mereka membaca cepat dan ketika buku-buku selesai terbaca, maka buku-buku itu kembali ke rak dengan sendirinya.

5 . Detektif Ramos 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun