Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Akuntansi Pendekatan Agency Theory

10 September 2018   10:39 Diperbarui: 10 September 2018   12:25 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada 12 Kategori Kant. (f) aktivitas berpikir: aktivitas mensintesiskan kategori-kategori ditambah representasi mengenai objek yang kita terima. Kategori adalah bentuk pengetahuan, sementara data-data yang indrawi yang terberi menjadi materi pengetahuan. (g) Metafisika: melampaui hal-hal yang fisik. Pada Kant: metafisika adalah prinsipprinsip apriori pengetahuan, atau akal budi teoretis murni; (h)  Noumena: benda/objek pada dirinya sendiri (das Ding an sich). Manusia tidak dapat mengetahui noumena.(i_) Fenomena: benda/objek yang terberi kepada saya, yang saya tangkap melalui indra. (j_) pengetahuan: pengalaman empirik. (k) Ilmu pengetahuan (Science, Wissenschaft): pernyataan-pernyataan yang bersifat pasti/niscaya dan berlaku umum.

Menurut Herman Soewardi (1999:266) cara berpikir Descartes   "intuition-deduction". Intuition adalah kreativitas  yang timbulnya secara gaib, sedangkan  deduction adalah pekerjaan rasio dengan patokan-patokannya.  Cara berpikir ini oleh Porwal (2002:39) disebut teori normative (normative approach) dan bersifat apriori yang hasilnya merupakan pengetahuan analitik. 

Cara memperolehnya dapat dilakukan dengan silogisme untuk menyusun premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Kekuatan cara berpikir deduktif terletak pada logika  penalaran dengan menggunakan premis-premis yang dianggap benar. 

Menurut Jujun S. Suriasumantri (1987:55) logika deduktif  menggunakan teori koherensi  atau konsistensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan tersebut koheren atau konsisten  dengan pernyataan sebelumnya  yang dianggap benar.

Berpikir  deduktif  memberikan sifat  yang rasional  kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara konsisten dan koheren ilmu mencoba memberikan penjelasan  yang rasional  kepada objek yang menjadi fokus penelahaan. 

Penjelasan bersifat  rasional dengan kriteria kebenaran  koherensi tidak memberikan simpulan final, sebab hakikat rasionalisme bersifat pluralistik sehingga dimungkinkan berbagai penjelasan terhadap objek pemikiran tersebut. 

Meskipun argumentasi secara rasional didasarkan kepada premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya namun dimungkinkan terjadinya perbedaan pilihan dari sejumlah premis ilmiah yang tersedia  untuk  argumentasi mendukung hipotesis atau menolak hipotesis. Pada fase ini muncul teori korespondensi atau cara berpikir induktif.

Frans Magnis Soseno (1997:123) menyatakan tokoh peletak dasar pemikiran induktif (empirisme = positivisme) adalah  Francis Bacon (1561-626) yang menyatakan pengalaman merupakan sumber kebenaran yang dapat dipercaya. 

Pemikiran induktif (empirisme) mencapai puncaknya pada masa David Hume (1711-1776)  yang merupakan penentang pemikiran metafisika modern dan dianggap sebagai pemikir positivis pertama  karena ia menyangkal segala apa yang melebihi faktisitas murni (proposisi yang tidak dapat diuji). Hume menyatakan  satu-satunya pengetahuan yang sah adalah yang dapat dikembalikan kepada data empirik yang berasal dari pengalaman indrawi. 

Pengertian positivisme (induktif) menurut Frans Magnis Soseno (1997:123) adalah ilmu satu-satunya pengetahuan yang valid dan fakta-fakta sajalah yang mungkin dapat menjadi objek pengetahuan. Dengan demikian positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek di belakang fakta, menolak   segala penggunaan metoda di luar yang digunakan untuk menelaah fakta. Dengan demikian pemikiran induktif  adalah menarik simpulan secara statistik berdasarkan peluang  (a posteriori) dan hasilnya merupakan pengetahuan sintetik. 

Sifat dari pemikiran  positivisme adalah bersifat skeptisme ("memiliki anggapan sesuatu kebenaran berdasarkan logika")  dan kesesuaian antara pemikiran rasional dengan data empirik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun