Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ekskursus Odysseus [3]

20 Juli 2018   11:28 Diperbarui: 20 Juli 2018   11:31 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekuatan pada wanita cantik dan umat wanita dunia mampu menundukkan pada laki-laki gagah perkasa, intelek, dan berdedikasi loyal padanya. Dan pada akhirnya akan mengalami paradoks kepatuhan pada laki-laki menimbulkan cinta mendalam, akhirnya justru memperlemah ["Circe"] dengan membiarkan laki-laki ["Odysseus"] pergi dari pangkuannya dan memberikan petunjuk dan peta jalan pulang kampung ke Ithaca. Namun pada sisi lain apresisasi luar bisa dalam kemampuan ["Odysseus"] larut dan menyerah, berani melepaskkan dominasi diri, dan mengingkari diri sendiri.

Ke [4]  tragedi  atau peristiwa pemberhentian ke (4) berupa perjumpaan ["Odysseus"] dengan dunia bawah Tanah Hades, atau dewa alam manusia yang telah meninggal. Perjumpaan  ["Odysseus"] dengan mitos mistis ["Teiresias"] adalah wujud utama dan paling akhir pada anti Mitos.  perjumpaan ["Odysseus"] dengan ["Teiresias atau dunia bayang-bayang"] untuk bertanya jalan dan arah menuju pulang ke Ithaca, dengan meredam atau memulihkan kepercayaan dan kemarahan Dewa laut ["Poseidon"] akibat kesombongan ["Odysseus"].

Bagimana cara supaya Dewa laut ["Poseidon"] membiarkan ["Odysseus"] bisa kembali kekampung halamannya ["Ithaca"] dan memaafkanya. Dengan makna lain bahwa kutukan Dewa laut ["Poseidon"] bisa lepas, dan  garis tangan akhir kehidupan ["Odysseus"] bisa kembali menjadi miliknya sendiri.

["Teiresias atau dunia bayang-bayang"] memberikan titah dan perintah kepada ["Odysseus"]  "supaya memikul memanggul  dayung dan terus berjalan  sampai berjumpa dengan berjumpa dengan orang yang tidak pernah melihat mengetauhi laut dan manusia itu tidak pernah memakan makanan yang diberikan dengan unsur garam".

Kekonyolan yang dipertontonkan ["Odysseus"] membuat manusia tertawa dan aneh alis melawak, atau lucu. Pentas dilakukan ["Odysseus"] demi apa tujuannya untuk membuat dewa laut ["Poseidon"] tertawa terpingkal-pingkal sehingga lupa "pada kemarahnya" dan membiarkan ["Odysseus"] berlalu dihadapannya dan seterusnya membiarkan ["Odysseus"] pulang kampung. Suatu tindakan ["Odysseus"] membuat lawan nya lupa dan tertawa, atau tertawa adalah lawan marah. Marah diatasi dengan lawan tertawa.

Akhirnya pada ["epos Odysseus"] menurut Adorno, Horkheimer adalah kualitas pemurnian diri (ego) individu mempertahankan diri dan berbagai kondisi perjalanan hidup, diawali ketika ["Odysseus"] menginggalkan pasangan hidupnya istrinya bernama  ["Panelope"], dan  kampung nya bernama ["Ithaca"], dan pulang kembali hidup bersama istrinya bernama  ["Panelope"].

Tindakan  dan pengalaman  ["Odysseus"] sekembalinya ke Ithaca menceritrakan bagimana pengalamannya bersama dunia Mitos mistis.  Pada episode ini Homerus membiarkan tindakan ["Odysseus"] berceritra tentang dirinya sebagai subyek yang otonom (bebas) dan berindentitas, gambaran kekejaman nasib dirinya dan memberikan jarak dan harga yang tidak murah pada pengalaman alienasi diri menjadi diri sendiri.

Tindakan  ["Odysseus"] telah berhasil melawan takdirnya untuk menentukan nasib diri sendiri dan menghapus segala aturan dan dominasi didalam alam semesta, dan pada faktanya umat manusia tidak bisa dilepaskan pada dunia Mitos yang menyetir kehidupan manusia yang memintanya "persembahan, pengorbanan", dan penyangkalan diri.

Tujuan akhir (the journey)   atau visi misi tindakan  ["Odysseus"] untuk dapat kembali ke kampung halamannya sendiri (Ithaca) atau mirip Jawa Kuna pada mitos Kejawen dokrin Manunggaling Kawula Gusti,  atau Kaharingan pada Dayak Wadian Welum, Wadian Matei.

Tanpa tujuan akhir kehidupan  memiliki implikasi dalam pola pikir dapat meluas bahwa logika negara, logika bangsa, perusahaan, individu harus berani melawan dominasi dan segala regulasi yang ada mengekang dan mengikat mereka, dengan melompat dan melampaui (beyond) atau semangat anti dominasi. Indonesia (NKRI) atau logika negara bisa maju bila berani melawan tradisi dominasi untuk menjadikan Indonesia yang memiliki kebebasan, dan manusia berkeutamaan (ugahari), dengan semangat anti dominasi.

Inilah model revolusi mental (Trisakti, Nawa Cita) episteme dokrin Homerus dan lakon ["Odysseus"] untuk bangsa dan logika mewakili negara untuk Indonesia bagi para punggawa negara ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun