Gemericik air hujan menengadah ke Bumi. Kata-kata lirih mendesir dibalik daun cendela. Hujan..Hujan ujarnya seakan pikiran menyibak, apakah ini yang dinamakan peralihan musim.
Sejak beberapa hari terakhir cuaca kotaku memang tak menentu. Panas yang mengelayut seakan mengeringkan kerongkongan. Belum lagi dihadapkan debu-debu dijalanan, menjadikan banyak dari kawan maupun lawan ambruk terserang penyakit.
Batuk, pilek sampai penyakit tenggorokan saat ini seolah bukan musiman. Kompak tidak janjian, banyak dari masyarakat yang mengantri. Antri untuk mendapatkan penanganan medis di layanan kesehatan.
Hujan..Hujan yang mulai turun ini akankah mampu untuk memecah susasana. Orang bilang masa ini disebut Pancaroba. Ada juga yang menyebut juga peralihan musim, tapi dibalik itu ada harapan dari insan manusia, bahwa hujan yang mengguyur bisa menjadi babak baru lebih baik.
Hujan yang kini dinanti diharap tidak berhenti di kata-kata atau status di medis sosial. Hujan sebenarnya membawa nikmat bagi tanah dan umat manusia. Tapi hujan bisa menjadi petaka, jika yang ada di semesta ini tidak bijak untuk menikmati syukur.
Pemberian nikmat ILAHI untuk memanfaatkan alam dengan sebaiknya semestimnya terus dijaga. Jangan sampai berkah hujan yang saat ini turun, menimbulkan air mata.
Jangan adalagi pembalakan liar, jangan adalagi pencemaran lingkungan, jangan lagi merusak, merusak dan merusak Alam  ini, kerena sejatinya kita diciptakan untuk bersama sama saling membutuhkan dan saling menjaga untuk selalu bersama mensukuri nikmat tanpa adanya celah.
Artikel ini juga ditayangkan di blogÂ
maenkata.blogspot.com
http://maenkata.blogspot.com/2022/09/sajak-anak-kemarin-sore-hujanmu-akankah.html