Mohon tunggu...
Bagindo Armaidi
Bagindo Armaidi Mohon Tunggu... Pemerhati sosial kemasyarakatan

Hidup merupakan perjuangan yang dilalui dengan penuh suka dan duka. Menulis dan membaca bagian dari berbuat kebaikan, jika dijadikan untuk kebaikan diri, kita dan masyarakat tentunya.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tabiang Barasok, Obyek Wisata yang Memikat di Kota Bukittinggi

31 Juli 2025   07:47 Diperbarui: 1 Agustus 2025   07:55 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis di obyek wisata Tabiang Barasok. Foto: armaidi tanjung

 

Meski terbilang  baru, obyek wisata  "Tabiang Barasok" di Kota Bukittinggi sudah menjadi tujuan untuk dikunjungi wisatawan yang datang ke Bukittinggi.  Tidak hanya masyarakat di luar Bukittinggi yang belum  mengenal Tabiang Barasok,  sebagian besar masyarakat Bukittinggi sendiri awalnya juga tidak pernah mengenal nama ini. Berbeda dengan sekarang "Tabiang Barasok" viral baik di dunia maya maupun dunia nyata.

Penulis yang berkunjung ke Tabiang Barasok, Jumat  23 Mei 2025 lalu, menyaksikan pemandangan yang tidak hanya keindahan tebing-tebing curam Ngarai Sianok yang dapat dinikmati  dari Tabiang Barasok. Dari Tabiang Barasok ini juga terlihat empat buah gunung yang merupakan kekayaan alam Sumatera Barat, yakni Gunung Marapi, Gunung Singgalang, Gunung Talamau dan Gunung Pasaman. Tak salah  tempat  memanjakan mata. Sangat sedikit tempat yang bisa langsung untuk menikmati keindahan banyak gunung yang berada di daerah sangat berjauhan.

Dua sungai yang bertemu di atasnya ada asap/kabut di lihat dari Tabing Barasok. Foto: Anton
Dua sungai yang bertemu di atasnya ada asap/kabut di lihat dari Tabing Barasok. Foto: Anton

Selain itu,  dari Tabiang Barasok juga terlihat kaldera Gunung Tinjau atau Gunung Maninjau yang merupakan gunung berapi purba yang mengalami erupsi ribuan tahun silam yang sekarang ini membentuk Danau Maninjau.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Wisata Tapian Tabiang Baraso Anton, Rabu (30/7/2025) menuturkan, sebagai  destinasi wisata baru, lokasi ini memang baru saja dikembangkan oleh masyarakat setempat secara swadaya sejak pertengahan tahun 2024 lalu. Secara resmi  dibuka untuk umum pertengahan  Desember 2024. Namun karena berbagai fenomena yang luar biasa   di Tabiang Barasok, menjadikan tempat ini cepat viral dan dicari-cari para wisatawan yang haus dengan destinasi-destinasi yang masih fresh dan menyimpan berbagai keunikan.

Para ibu-ibu usai shalat Subuh menyaksikan keindahan alam dari Tabiang Barasok. Foto: Anton
Para ibu-ibu usai shalat Subuh menyaksikan keindahan alam dari Tabiang Barasok. Foto: Anton

Lantas di mana lokasi Tabiang Barasok   di Kota  Bukittinggi. Posisi Tabiang Barasok persis berada di bibir Ngarai Sianok. Secara administratif berada di Kecamatan Guguk Panjang, Kelurahan Bukit Apik Puhun. Tepatnya di Kampung Lapau Batu. Nama kampung yang kedengaran unik.   Kalau diartikan secara harfiah ke dalam Bahasa Indonesia kurang lebih artinya "Warung/Kedai Yang Terbuat dari Batu" atau bisa juga "Warung/Kedai yang Menjual Batu".

Kelurahan yang sudah sangat dikenal dengan kopinya ini (Kopi Bukik Apik), memang banyak memiliki nama-nama kampung yang unik, diantaranya : Tabek Tuhua (kolam kering), Bukik Sangkuik (bukit yang digantung), Ranjau (kayu/bambu-bambu yang runcing), Bukik Cegek (Bukit Kemiri) dan lainnya.

Sungai di bawah Tabiang Barasok. Foto: armaidi tanjung
Sungai di bawah Tabiang Barasok. Foto: armaidi tanjung

Tabiang Barasok sendiri tidak jauh dari pusat Kota Bukittinggi. Dari Jam Gadang, yang merupakan sentranya Bukittinggi, Tabiang Barasok hanya berjarak sekitar 4 km atau dapat ditempuh belasan menit perjalanan dengan kendaraan roda 4 maupun roda 2. Artinya tidak terlalu jauh dari sentranya Kota Bukittinggi. Masuk lokasi Tabiang Barasok dipungut retribusi Rp 10.000,- dan pengunjung tersebut diberikan sebotol air mineral pelepas dahaga.

  Tabiang Barasok yang berada dalam kawasan Geopark Nasional Sianok Maninjau, tentunya   kaya dengan berbagai keberagaman geologi (geodiversity), keberagaman biologi (biodiversity) maupun keberagaman budaya (culturaldiversity).

Posisi Tabiang Barasok yang persis berada di pinggir Ngarai Sianok, tentunya tempat ini menyimpan berbagai kekayaan geologi dan menjadi "bukti nyata" untuk dapat melihat secara langsung dan mudah keberadaan Patahan Semangko yang membentang di sepanjang Pulau Sumatera dari utara ke selatan.

Saat matahari mulai naik dari balik Gunung Merapi. Foto: Anton
Saat matahari mulai naik dari balik Gunung Merapi. Foto: Anton

Dari segi view, Tabiang Barasok merupakan salah satu lokasi terbaik untuk menikmati keindahan view Ngarai Sianok. Dari Tabiang Barasok akan terlihat 270 pemandangan Ngarai Sianok. Ke arah selatan akan terlihat jelas Puncak Taruko dan Tabiang Takuruang yang merupakan bukit kecil yang menjulang di lembah Ngarai Sianok dengan kemiringan tebing di sekeliling bukit tersebut hampir mencapai 90. Kemudian ke arah timur akan kelihatan dinding-dinding tebing Ngarai Sianok yang terjal dan curam, yang berada di Kelurahan Bukit Apik Puhun maupun yang berada di Nagari Sianok Anam Suku Kabupaten Agam.

Dari view, Tabiang Barasok adalah salah satu lokasi terbaik untuk menikmati keindahan view Ngarai Sianok. Dari Tabiang Barasok akan terlihat 270 pemandangan Ngarai Sianok. Ke arah selatan akan terlihat jelas Puncak Taruko dan Tabiang Takuruang yang merupakan bukit kecil yang menjulang di lembah Ngarai Sianok dengan kemiringan tebing di sekeliling bukit tersebut hampir mencapai 90. Sedangkan ke arah timur akan kelihatan dinding-dinding tebing Ngarai Sianok yang terjal dan curam, yang berada di Kelurahan Bukit Apik Puhun maupun yang berada di Nagari Sianok Anam Suku Kabupaten Agam.

Saat asap/kabut memenuhi pemandangan dari Tabiang Barasok. Foto: Anton
Saat asap/kabut memenuhi pemandangan dari Tabiang Barasok. Foto: Anton

Kemudian di sebelah barat akan jelas kelihatan fenomena yang  menakjubkan, yakni relief berbentuk sabik (arit)   sangat besar yang berada di tebing Ngarai Sianok yang terjal. Konon sejak zaman dahulu kala, relief ini tidak pernah berubah bentuk atau runtuh atau juga tertutup semak belukar. Relief berbentuk sabik ini sepertinya kekal melewati berbagai perubahan zaman dan fenomena alam yang sering terjadi, seperti gempa yang setiap saat terjadi di sepanjang patahan semangko. Karena adanya relief berbentuk sabik yang kekal ini, makanya masyarakat setempat menyebut tempat ini sebagai Ngarai Sabik, kata Anton.

Apabila menoleh ke bawah tebing Ngarai Sianok maka akan terlihat jelas sungai yang membelah Ngarai Sianok yang dikenal dengan Sungai Batang Sianok. Persis di bawah Tabiang Barasok, kita juga disuguhi pemandangan yang sangat cantik dan unik yakni pertemuan dua sungai  berasal dari aliran yang hulunya berasal dari Gunung Marapi dan satunya lagi sungai yang hulunya berasal dari Gunung Singgalang. Dengan adanya pertemuan dua sungai tersebut, maka lokasi ini disebut dengan Ngarai Patamuan, tutur Anton.

Lalu yang unik dan fenomenal dari Ngarai Patamuan ini adalah, walaupun aliran air dua sungai yang berasal dari hulu yang berbeda ini telah bertemu, namun airnya tidaklah bercampur. Mirip seperti pertemuan air laut di Selat Gibraltar, yang mempertemukan air laut dari Samudera Atlantik dan air laut dari Laut Mediterania. Walaupun airnya bertemu tapi tidak bercampur seolah muncul batasan atau garis diantara keduanya. Jadi, fenomena alam di Selat Gibraltar juga terjadi di Ngarai Patamuan. Ini hanya bisa terlihat dengan jelas dari Tabiang Barasok.

Diantara pepohonan yang rindang, pengunjung santai berayun-ayun. Foto: Anton  
Diantara pepohonan yang rindang, pengunjung santai berayun-ayun. Foto: Anton  

Menurut Anton, selain  kekayaan geologi yang disertai dengan view yang indah, Tabiang Barasok juga menyimpan kekayaan flora dan fauna. Di sini masih banyak ditemukan satwa-satwa endemik yang hidup liar di hutan/rimba yang masih terjaga dengan asri. "Kita akan dengan mudah menemukan/melihat kawanan kerbau liar yang di hidup di lembah Ngarai Sianok, monyet/kera ekor panjang dan juga ekor pendek, babi hutan dan berbagai satwa lainnya yang hidup berdampingan dengan masyarakat tanpa ada yang merasa terganggu dan diganggu," kata Anton menambahkan.

Kemudian, berbagai flora/tumbuhan juga hidup dengan subur baik yang tumbuh liar maupun yang telah dibudidayakan oleh masyarakat. "Di sini kita akan banyak menemukan pohon salak hutan, pohon kopi hutan, pohon nangka hutan, enau, bambu dengan berbagai jenis, durian dan berbagai tanaman dan tumbuhan lainnya," kata Anton.

Kapan Menikmati Keindahan Tabiang Barasok?

Seorang fotografer memotret suasana di Tabiang Barasok yang sudah diselimuti kabut. Foto: Anton
Seorang fotografer memotret suasana di Tabiang Barasok yang sudah diselimuti kabut. Foto: Anton

Salah satu keunggulan Tabiang Barasok dibanding objek wisata lain adalah adanya fenomena  berbeda-beda yang dapat dinikmati di setiap waktu. Setelah subuh (sekitar pukul 05.30 -- 07.00), saat malam akan berakhir dan siang datang menjelang, Ngarai Sianok akan dipenuhi dengan lautan awan. Tabiang Barasok seolah-olah berada di negeri di atas awan dengan perkampungan di bawahnya, disertai kerlap kerlip lampu tertutup awan tipis.

Saat fajar berakhir dan matahari mulai terbit (sekitar pukul 06.00 WIB) kita akan disuguhi sunrise, matahari terbit yang muncul dari balik Gunung Merapi. Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan. Setelah itu, saat matahari beranjak naik (sekitar pukul 08.00 -- 09.00 WIB) kita akan dapat menikmati siraman sinar matahari yang menembus di antara ranting dan daun pepohonan. Ini merupakan spot yang sangat cantik, terutama bagi para penggiat seni fotografi, tutur Anton.

Setelah hari mulai siang, walaupun matahari telah memancarkan sinarnya dengan terik, namun Tabiang Barasok tetap nyaman dan sejuk. Hembusan angin yang sepoi-sepoi serta pepohonan yang masih asri, di sini adalah tempat yang tepat bagi yang ingin bersantai di alam terbuka. Disini juga nyaman untuk kegiatan outbond, gathering maupun capacity building di luar ruangan karena udaranya betul-betul sejuk dan asri. Ada ruang terbuka untuk menggelar berbagai kegiatan. Seperti ulang tahun, acara reunian atau acara keluarga yang lebih banyak pesertanya. Sejumlah pedagang makanan yang sudah ditata di areal Tabiang Barasok, siap memenuhi selera pengunjung.  

Pemandangan saat matahari terbenam dari Tabiang Barasok. Foto: Anton
Pemandangan saat matahari terbenam dari Tabiang Barasok. Foto: Anton

Beranjak sore menjelang malam (sekitar pukul 16.00 -- 18.30 WIB), sinar matahari sore yang lembut betul-betul enak untuk dinikmati sambil menunggu sunset atau matahari terbenam tepat di atas kaldera Gunung Tinjau/Gunung Maninjau yang merupakan gunung berapi purba yang menyebabkan terbentuknya Danau Maninjau.

"Berlanjut saat malam datang (sekitar pukul 19.00 WIB seterusnya), udara malam yang sejuk dan bagi sebagian akan terasa dingin, Tabiang Barasok adalah lokasi yang tepat bagi penyuka hidup di alam terbuka dengan berkemah. Tiupan angin gunung dari Gunung Singgalang disertai pemandangan kerlap kerlip lampu dari lembah Ngarai Sianok, serasa kita berada di alam bebas sambil menikmati dan mensyukuri karunia dari Allah SWT, sang Maha Pencipta. Demikian   deskripsi tentang Tabiang Barasok, destinasi wisata  fenomenal," kata Anton.

Suasana di Tabiang Barasok nan asri. Foto: Anton
Suasana di Tabiang Barasok nan asri. Foto: Anton

Kenapa bernama Tabiang Barasok?

Lantas kenapa bernama Tabiang Barasok. Secara harfiah ke dalam Bahasa Indonesia berarti Tebing Berasap atau tebing yang mengeluarkan asap. Daerah/kawasan ini diberi nama atau disebut masyarakat setempat dengan Tabiang Barasok karena memang dari Tebing Ngarai di daerah ini sejak dahulu mengeluarkan asap abadi yang tidak berhenti. Asap selalu mengepul keluar dari tebing ngarai di lokasi ini. Sehingga masyarakat lokal di sini sejak zaman dahulu secara turun temurun menyebut daerah ini Tabiang Barasok.

Namun sejak fenomena gempa bumi yang intens terjadi di awal tahun 2000-an sampai tahun 2010, asap yang keluar dari tebing ngarai ini berangsur-angsur berkurang dan akhirnya hilang sama sekali. Apakah hal itu  disebabkan terjadinya penutupan atau tertimbunnya sumber asap akibat gempa atau disebabkan oleh faktor lain belum ada yang tahu dan belum ada penelitian secara akademik oleh para ahli. Mungkin ada ahli geologi atau ahli lain yang melakuan penelitian kenapa dulu mengeluarkan asap, tapi sekarang tidak lagi. Asapnya menghilang. Apakah memang   tertutup material lain atau material yang mengeluarkan asap tersebut kandungannya sudah habis? Belum ada jawabannya. armaidi tanjung ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun