Atau apakah susu UHT tidak lagi nyata karena dipasteurisasi?
Tentu saja tidak. Semua itu adalah real food yang melalui tahapan pengolahan.
Real Food Bukan Lawan dari Processed Food
Seperti yang tadi sudah saya jelaskan di awal, bahwa lawan kata real adalah fake.
Maka, fake food berarti makanan palsu, makanan yang tidak bisa dikonsumsi, atau makanan yang hanya menyerupai makanan.
Contoh fake food adalah buah plastik di meja ruang tamu, replika sushi di etalase restoran Jepang, atau burger tiruan di iklan yang hanya untuk display.
Semua itu bukan makanan sungguhan karena tidak bisa dimakan.
Sebaliknya, processed food seperti sosis, keju, tempe, roti, dan tahu adalah makanan nyata, yang artinya kita dapat memakannya, memperoleh energi darinya, dan semuanya nyata secara biologis.
Karena itu, menyebut processed food sebagai "bukan real food" adalah kesalahan berpikir.
Pernyataan tersebut setara dengan mengatakan "air panas bukan air sungguhan" hanya karena suhunya berubah.
Memahami Perbedaan antara Whole Food dan Processed Food
Agar tidak salah paham, kita perlu memahami istilah yang benar secara ilmiah. Whole food berarti makanan yang utuh, belum banyak diproses, dan masih mendekati bentuk aslinya. Contohnya adalah buah segar, sayuran, beras merah, telur, dan kacang-kacangan.
Sementara itu, processed food adalah makanan yang sudah mengalami perubahan bentuk atau komposisi agar lebih tahan lama, mudah dikonsumsi, atau menarik secara rasa. Proses ini bisa sangat sederhana, seperti pemotongan dan pengeringan, atau sangat kompleks, seperti pembuatan mi instan dan makanan kaleng.
Dengan kata lain, Whole food adalah jenis makanan berdasarkan tingkat pengolahannya, sedangkan processed food adalah hasil dari proses pengolahan itu sendiri.
Keduanya masih termasuk real food, tidak ada yang palsu di antara keduanya. Pembedanya hanyalah seberapa banyak tingkat dan tujuan prosesnya.
Ketika Plant-Based Food Justru Membingungkan
Ironisnya, kini banyak orang menganggap makanan berbasis tanaman yang dibuat menyerupai daging sebagai "real food" hanya karena labelnya plant-based.
Padahal, secara logika dan proses pembuatannya, makanan berbasis tumbuhan yang dibuat menyerupai daging itu justru disebut fake meat, yaitu daging tiruan yang direkayasa secara tekstur dan rasa agar mirip dengan daging sapi atau ayam.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!