Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu kebijakan paling ambisius yang pernah dirancang untuk memperbaiki gizi bangsa. Namun, MBG bukan sekadar urusan logistik atau anggaran makan siang sekolah. Di baliknya, ada kesempatan emas untuk membangun sistem pangan yang sehat, mandiri, dan berakar pada kekayaan kuliner lokal kita sendiri.
Indonesia kaya rasa, kaya bahan, dan kaya tradisi makan, oleh karena itu, ini merupakan modal luar biasa yang bisa menjadikan MBG bukan sekadar program pemerintah, tetapi gerakan budaya makan sehat berbasis lokal.
MBG dan Tantangan Gizi Anak Indonesia
Menurut Badan Pangan Nasional (2023), sekitar 17 persen anak Indonesia masih mengalami kekurangan gizi kronis (stunting). Di sisi lain, riset Kementerian Kesehatan (2024) mencatat bahwa kebanyakan anak sekolah kini cenderung memilih makanan instan tinggi kalori dan rendah gizi. Program MBG hadir untuk memperbaiki kesenjangan itu, dengan cara memberikan akses kepada anak-anak agar memperoleh makanan bergizi, gratis, dan berkelanjutan.
Namun, keberhasilan MBG tak cukup dengan memberi makan. Kuncinya adalah memastikan bahwa makanan yang diberikan bukan hanya bergizi, tapi juga disukai, mudah disiapkan, dan berasal dari bahan lokal. Di sinilah warisan kuliner Nusantara menjadi relevan, oleh karena itu dapur tradisional kita sesungguhnya sudah lama mengenal prinsip gizi seimbang.
Menggali Gizi dari Dapur Sendiri
Selama ini kita sering melihat gizi seimbang dari kacamata barat: susu, roti, daging, dan salad. Padahal, Indonesia memiliki ratusan resep yang sudah memenuhi kebutuhan gizi lengkap tanpa meninggalkan cita rasa lokal.
Pecel, urap, nasi jagung, papeda, lontong sayur, hingga nasi kuning, semuanya adalah bentuk dari "piring seimbang versi Nusantara." Setiap daerah punya cara sendiri untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, dan vitamin, tergantung pada bahan yang tumbuh di sekitar mereka. Itulah yang disebut para ahli sebagai "antropologi rasa": bahwa pola makan kita dibentuk oleh geografi, budaya, dan kebiasaan turun-temurun.
Berikut ini Beberapa Rekomendasi Menu Lokal untuk Program MBG
Berikut tujuh contoh makanan lokal yang bisa dijadikan inspirasi untuk menu MBG. Semua sudah memenuhi prinsip gizi seimbang dan bisa diadaptasi di berbagai wilayah Indonesia sesuai ketersediaan bahan.
1. Nasi Pecel - Inspirasi Nabati yang Mudah Diterima
Asal: Jawa Tengah dan Jawa Timur
Kandungan gizi: karbohidrat, protein nabati, serat, dan vitamin.
Pecel mudah diterapkan karena bahan utamanya  sayuran rebus dan sambal kacang, tersedia di hampir semua daerah. Di Sumatera, sambal kacang bisa disesuaikan dengan rasa pedas lada hijau. Di Sulawesi, sayuran diganti dengan kangkung dan tauge lokal. Di Papua, daun kelor atau daun pepaya muda bisa jadi alternatif sumber zat besi.