Mohon tunggu...
Reno Kusnady
Reno Kusnady Mohon Tunggu... -

good man

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Meluruskan Tuduhan Kotor Tentang Wahaby

12 Mei 2013   01:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:43 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang yang berdakwah untuk menegakkan agama Allah dengan Tauhid yang benar anehnya selalu direndahkan oleh musuh-musuh tauhid agama Islam. Dan musuh-musuh tauhid itu banyak bergentayangan di negara kita ini.
Setiap kali kita menasehati kaum muslimin yang lainnya dengan  mengatakan "itu jangan diamalkan", "itu tidak dicontohkan nabi", atau dengan larangan "jangan bikin acara maulid nabi", "jangan yasinan untuk orang mati" selalu saja dibalas dengan kata-kata yang bernada merendahkan seperti "Wahhabi", "salafy wahabi", "salafy palsu", "wahhaby tukang membid'ahkan orang" dan lain-lain ucapan kotor mereka para penentang dakwah Rasullullah Shollallahu 'alaihi wa sallam.
Kawan-kawan kompasianer, sebenar tuduhan dengan ucapan wahhaby adalah tuduhan dusta dengan alasan-alasan dusta pula. Kalau kita mau jujur, sebenarnya tidak satu orang yang pantas disematkan perkataan wahhaby padanya karena wahaby menurut yang dituduhkan adalah orang yang membenci Nabi, suka mengkafirkan orang, atau mudah mengkafirkan orang yang tidak sepemahaman dengannya.
Kemudian coba lihat dan dengar dakwah orang-orang yang dituduhkan wahaby tersebut, mereka sangat menyayagi Nabi, mencintai Sunnah-sunnah Nabi, itu terbukti dari ajaran dari ustads-ustadz mereka dan kehidupan mereka sehari-hari yang berusaha sekuat mungkin untuk mengikuti jejak Nabi dan para sahabat.
Banyaknya kaum Sufi, Asyariah, liberal, rasionalis/aqlaniyun di tanah air ini membuat dakwah tauhid mengalami ritangan, kebiasaan dan tradisi nenek moyang yang sudah mendarah daging dan dibumbui dengan taqlid buta terhadap kiyai, guru-guru, membuat menutup pintu hati untuk menerima dakwah tauhid.  Mereka sudah telanjur suka bertawasul (menjadikan perantara) kepada orang mati dalam berdoa kepada Allah, mereka sudah terbiasa membacakan surat yasin dan tahlil pada orang meninggal pada hari ke 1,2,3,7 40, 100, 1000, terbiasa membaca jenis sholawat baru (sholawat Nariyah, Badar) sudah terbiasa merayakan maulid Nabi, mereka marah bila amalan-amalan mereka itu dikatakan tidak diatas ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam.  Mereka mencari perisai untuk bisa membantah Ahlu Sunnah dengan mencari-cari dalil sampai akhirnya keluar kitab sufi, kitab Asyariyah yang nota bene bukan kitab Ahlu Sunnah.
Mereka berkata " didkit-dikit  bid'ah, dikit-dikit bid'ah.  Padahal tidak ada satu pun ulama' dari kalangan Ahlu Sunnah yang ernah mengamalkan amalan-amalan baru tersebut baik dari kalangan sahabat nabi, maupun ulama' yang setelahnya kecuali dijalani oleh orang-orang yang diulama'kan dari kalangan sufi, asyariyah, atau mu'tazilah. Sementara ulama' yang 4 madzhab tidak perah mengamalkan amalan seperti diatas itu terbukti dari kitab-kitabnya yang dapat dibaca oleh kaum muslimin.
Wahai sadara-saudariku, orang yang menasehati dengan mengatakan amalan itu bid'ah atau tidak diajarkan nabi adalah suatu bentuk kasih sayang diantara sesama  kaum muslimin agar kaum muslimin yang lainnya tidak terjatuh kedalam jurang kehinaan. Tapi orang yang menasehati malah dihujat dengan perkataan ajaran sesaat atau wahhabi atau semisal dengan itu.
Padahal Nabi mengatakan dengan hadist yang tak terbantahkan kesahihannya, "Setiap Bid'ah adalah sesat" pada riwayat yang lain Nabi mengatakan "Setiap Kesesatan Tempatnya di neraka"  Dengan hadist ini, apakah kita sebagai kaum muslimin tidak merasa cemas, takut kalau-kalau amalan kita selama ini banyak bid'ahnya. Dan ketahuilah bid'ah adalah amalan-amalan tertolak yang merupakan tandingan dari amalan Sunnah sebagaimana Syirik adalah tandingan tauhid.
Kalau memang benar Ahlu Sunnah Waljama'ah mengapa mengamalkan amalan yang bukan sunnah dari nabi dan bukan amalan jama'ah para sahabat???  bagaimana mungkin seseorang dikatakan ahlu sunnah kalau pemahaman dan amalan tidak mengikuti sunnah?   apakah mereka hendak mengatakan yasinan orang mati = sunnah, shalawat nariyah = sholawat sunnah, adzan dikuburan = adzan sunnah, merayakan maulid Nabi = ajaran sunnah. Sungguh saudaraku itu semua mencerminkan bahwa orang yang mengamalkannya bukan ahlu sunnah tapi ahlu ahwa tukang mengada-ngada.
Semetara orang-orang yang mereka tuduhkan wahaby, senantiasa istiqomah mengikuti sunnah seperti memelihara jenggot, tidak berani memanjangkan pakaian dibawah mata kaki karena ada larangan dari Nabi, tidak berbuat amala baru, karena takut menyelisihi nabi, rajin sholat berjemaah dimasjid karena itu perintah nabi... Tapi mengapa orang-orang yang mengaku Islam menyebutnya sesat???  sungguh akhlak yang tidak terpuji.
Hanya kepada Allah lah kita mohon pertolongan.
Baiklah kembali kita fokus kepada pembahasan
Kali ini penulis ingin menrangkan dengan terang benderang seputar tuduhan dengan menyebutkan kata "wahaby".   Inilah tuduhan itu;
1. Tuduhan:
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang yang mengaku sebagai Nabi[3], ingkar terhadap Hadits nabi[4], merendahkan posisi Nabi, dan tidak mempercayai syafaat beliau.
Bantahan:

o Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang yang sangat mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini terbukti dengan adanya karya tulis beliau tentang sirah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, baik Mukhtashar Siratir Rasul, Mukhtashar Zadil Ma’ad Fi Hadyi Khairil ‘Ibad atau pun yang terkandung dalam kitab beliau Al-Ushul Ats-Tsalatsah.

o Beliau berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat -semoga shalawat dan salam-Nya selalu tercurahkan kepada beliau-, namun agamanya tetap kekal. Dan inilah agamanya; yang tidaklah ada kebaikan kecuali pasti beliau tunjukkan kepada umatnya, dan tidak ada kejelekan kecuali pasti beliau peringatkan. Kebaikan yang telah beliau sampaikan itu adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah subhanahu wata’ala. Sedangkan kejelekan yang beliau peringatkan adalah kesyirikan dan segala sesuatu yang dibenci dan dimurkai Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala mengutus beliau kepada seluruh umat manusia, dan mewajibkan atas tsaqalain; jin dan manusia untuk menaatinya.” (Al-Ushul Ats-Tsalatsah)

o Beliau juga berkata: “Dan jika kebahagiaan umat terdahulu dan yang akan datang karena mengikuti para Rasul, maka dapatlah diketahui bahwa orang yang paling berbahagia adalah yang paling berilmu tentang ajaran para Rasul dan paling mengikutinya. Maka dari itu, orang yang paling mengerti tentang sabda para Rasul dan amalan-amalan mereka serta benar-benar mengikutinya, mereka itulah sesungguhnya orang yang paling berbahagia di setiap masa dan tempat. Dan merekalah golongan yang selamat dalam setiap agama. Dan dari umat ini adalah Ahlus Sunnah wal Hadits.” (Ad-Durar As-Saniyyah, 2/21)

o Adapun tentang syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau berkata -dalam suratnya kepada penduduk Qashim-: “Aku beriman dengan syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliaulah orang pertama yang bisa memberi syafaat dan juga orang pertama yang diberi syafaat. Tidaklah mengingkari syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini kecuali ahlul bid’ah lagi sesat.” (Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula Al-Wahhabiyyah, hal. 118)

2. Tuduhan:
Melecehkan Ahlul Bait
Bantahan:

o Beliau berkata dalam Mukhtashar Minhajis Sunnah: “Ahlul Bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai hak atas umat ini yang tidak dimiliki oleh selain mereka. Mereka berhak mendapatkan kecintaan dan loyalitas yang lebih besar dari seluruh kaum Quraisy…” (Lihat ‘Aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah, 1/446)

o Di antara bukti kecintaan beliau kepada Ahlul Bait adalah dinamainya putra-putra beliau dengan nama-nama Ahlul Bait: ‘Ali, Hasan, Husain, Ibrahim dan Abdullah.

3. Tuduhan:
Bahwa beliau sebagai Khawarij, karena telah memberontak terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah. Al-Imam Al-Lakhmi telah berfatwa bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari kelompok sesat Khawarij ‘Ibadhiyyah, sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz 11.
Bantahan:

o Adapun pernyataan bahwa Asy-Syaikh telah memberontak terhadap Daulah Utsmaniyyah, maka ini sangat keliru. Karena Najd kala itu tidak termasuk wilayah teritorial kekuasaan Daulah Utsmaniyyah[5]. Demikian pula sejarah mencatat bahwa kerajaan Dir’iyyah belum pernah melakukan upaya pemberontakan terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah. Justru merekalah yang berulang kali diserang oleh pasukan Dinasti Utsmani.

Lebih dari itu Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan -dalam kitabnya Al-Ushulus Sittah-: “Prinsip ketiga: Sesungguhnya di antara (faktor penyebab) sempurnanya persatuan umat adalah mendengar lagi taat kepada pemimpin (pemerintah), walaupun pemimpin tersebut seorang budak dari negeri Habasyah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun