"Beyond Hard and Soft OR: Operational Research from a Software Engineering Perspective" oleh Vidoni (2021):
Menyelamatkan Operational Research dengan Semangat Rekayasa Perangkat Lunak
Dalam dunia teknologi modern, batas-batas disiplin ilmu semakin kabur. Ilmu-ilmu yang dulu berjalan secara paralel kini dituntut untuk berkolaborasi, saling menyerap kekuatan satu sama lain. Artikel "Beyond Hard and Soft OR" karya Matteo Vidoni (2021) adalah salah satu contoh bagaimana dunia Operational Research (OR) mencoba keluar dari kotak tradisionalnya dan belajar dari dunia Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) yang lebih pragmatis dan terstruktur.
Pendekatan OR Engineering yang diusulkan oleh Vidoni bukan hanya relevan, tetapi juga mendesak. Bukan berarti Hard OR dan Soft OR tidak berguna. Namun, dalam praktiknya, solusi yang ditawarkan seringkali gagal menjembatani teori dan kenyataan di lapangan. Solusi yang secara matematis elegan, namun sulit dipahami, dioperasikan, atau bahkan direproduksi, berakhir sebagai artefak akademis yang tidak berdampak.
Kerapuhan Solusi OR Tradisional
Masalah besar dalam dunia OR selama ini adalah keterputusan antara model dan implementasi. Model yang rumit, dibangun dengan perangkat seperti linear programming atau simulation modeling, seringkali hanya hidup di atas kertas atau di balik layar software proprietary yang tidak bisa diakses publik. Dokumentasi buruk, kode sumber yang tidak terbuka, dan minimnya keterlibatan pemangku kepentingan membuat solusi OR rentan gagal saat diterapkan.
Di sinilah RPL bersinar. Dunia rekayasa perangkat lunak sudah lama berjuang menghadapi tantangan serupa---kompleksitas sistem, kebutuhan kolaborasi tim, keterbatasan sumber daya, dan ekspektasi pengguna akhir. Namun melalui evolusi proses seperti agile development, version control, automated testing, dan DevOps, RPL telah membuktikan bahwa kompleksitas bisa ditaklukkan jika ditangani dengan disiplin.
OR Engineering: Menanamkan DNA RPL ke dalam OR
Konsep OR Engineering yang ditawarkan Vidoni pada dasarnya adalah ajakan untuk meminjam mentalitas dan praktik terbaik dari RPL, lalu menanamkannya ke dalam siklus hidup pengembangan solusi OR. Ini mencakup dokumentasi yang baik, versioning sistematis, keterbukaan kode sumber, pengujian solusi secara berulang, hingga pendekatan iteratif yang melibatkan pengguna akhir.
Sebagai contoh, bayangkan sebuah solusi penjadwalan pabrik berbasis OR yang dibangun dengan prinsip RPL. Sejak awal, kebutuhan pengguna dikumpulkan secara eksplisit. Solusi dirancang dalam iterasi, diuji secara unit dan integrasi, lalu didokumentasikan dengan jelas. Tim OR bekerja bersama software engineer dan domain expert menggunakan Git untuk version control, dengan CI/CD pipeline untuk memastikan setiap perubahan teruji otomatis. Hasilnya bukan hanya model yang optimal secara matematis, tapi juga produk yang bisa digunakan, dikembangkan, dan dipelihara jangka panjang.
Transformasi Peran Praktisi OR
Namun gagasan ini datang dengan konsekuensi: transformasi peran. Praktisi OR tidak lagi cukup hanya menjadi pemodel matematis. Mereka juga harus mampu berpikir seperti software engineer---memahami struktur kode, mengelola dependensi, memfasilitasi kolaborasi tim, dan mengintegrasikan solusi dengan infrastruktur teknologi modern.
Sebaliknya, ini juga membuka peluang besar bagi para software engineer untuk lebih aktif dalam merancang logika optimasi dan pemodelan. Perbatasan antar keahlian menjadi lebih cair, membuka jalan bagi kolaborasi lintas-disiplin yang lebih sehat dan produktif.
Kritis Namun Optimis
Tentu saja pendekatan ini tidak bebas dari tantangan. Tidak semua organisasi memiliki sumber daya untuk membentuk tim hybrid yang terdiri dari OR expert, software engineer, dan UX designer. Perlu investasi dalam pelatihan lintas-disiplin, infrastruktur teknologi, serta perubahan budaya organisasi.
Namun, jika kita serius ingin membawa solusi OR ke dunia nyata---ke industri manufaktur, layanan publik, logistik, bahkan pendidikan maka pendekatan OR Engineering bukan sekadar wacana akademis. Ini adalah panggilan untuk berevolusi.
***
Waktunya Menyatu, Bukan Memisah
Kita hidup di masa ketika data mengalir deras, kebutuhan akan efisiensi semakin tinggi, dan solusi harus lahir cepat serta bisa beradaptasi. Dalam konteks ini, OR Engineering menawarkan jalan keluar dari stagnasi pendekatan OR konvensional. Dengan mengadopsi semangat rekayasa perangkat lunak yang pragmatis, terstruktur, kolaboratif dunia OR bisa melahirkan solusi yang tidak hanya cerdas secara teori, tetapi juga relevan secara praktis.
Sudah waktunya Operational Research keluar dari menara gading dan merangkul disiplin lain demi keberlanjutan dampaknya. Dan seperti yang diajarkan oleh RPL: software is never done begitu pula solusi OR. Mari kita rekayasa ulang masa depan OR dengan semangat rekayasa perangkat lunak.
Refrensi:
Vidoni, M. (2021). Beyond hard and soft OR: Operational research from a software engineering perspective. Journal of the Operational Research Society, 72(12), 2870--2885. https://doi.org/10.1080/01605682.2020.1865848
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI