Transformasi Peran Praktisi OR
Namun gagasan ini datang dengan konsekuensi: transformasi peran. Praktisi OR tidak lagi cukup hanya menjadi pemodel matematis. Mereka juga harus mampu berpikir seperti software engineer---memahami struktur kode, mengelola dependensi, memfasilitasi kolaborasi tim, dan mengintegrasikan solusi dengan infrastruktur teknologi modern.
Sebaliknya, ini juga membuka peluang besar bagi para software engineer untuk lebih aktif dalam merancang logika optimasi dan pemodelan. Perbatasan antar keahlian menjadi lebih cair, membuka jalan bagi kolaborasi lintas-disiplin yang lebih sehat dan produktif.
Kritis Namun Optimis
Tentu saja pendekatan ini tidak bebas dari tantangan. Tidak semua organisasi memiliki sumber daya untuk membentuk tim hybrid yang terdiri dari OR expert, software engineer, dan UX designer. Perlu investasi dalam pelatihan lintas-disiplin, infrastruktur teknologi, serta perubahan budaya organisasi.
Namun, jika kita serius ingin membawa solusi OR ke dunia nyata---ke industri manufaktur, layanan publik, logistik, bahkan pendidikan maka pendekatan OR Engineering bukan sekadar wacana akademis. Ini adalah panggilan untuk berevolusi.
***
Waktunya Menyatu, Bukan Memisah
Kita hidup di masa ketika data mengalir deras, kebutuhan akan efisiensi semakin tinggi, dan solusi harus lahir cepat serta bisa beradaptasi. Dalam konteks ini, OR Engineering menawarkan jalan keluar dari stagnasi pendekatan OR konvensional. Dengan mengadopsi semangat rekayasa perangkat lunak yang pragmatis, terstruktur, kolaboratif dunia OR bisa melahirkan solusi yang tidak hanya cerdas secara teori, tetapi juga relevan secara praktis.
Sudah waktunya Operational Research keluar dari menara gading dan merangkul disiplin lain demi keberlanjutan dampaknya. Dan seperti yang diajarkan oleh RPL: software is never done begitu pula solusi OR. Mari kita rekayasa ulang masa depan OR dengan semangat rekayasa perangkat lunak.
Refrensi: