Seorang gadis bernama Kei terbangun dari tidur cantiknya---bukan, lebih tepatnya dibangunkan. Dengan setengah kesadaran yang terkumpul, ia berjalan malas menuju kamar mandi. "Ini harinya kan?" gumamnya kecil. "Kei ngapain lagi kamu, cepat mandi nanti telat," teriak ibunya dari dapur. Yah... nanti saja kita lihat, pikir Kei.
    Kini Kei sudah berada di sekolah bersama sahabatnya, Vio. Mereka duduk di taman belakang dan membicarakan hal yang cukup 'gila': mereka berencana untuk cabut hari ini. Menurut Vio masa-masa SMP terlalunya klise dan ingin mencoba sesuatu yang menantang. Sejujurnya Kei takut, tapi sudah terlanjur janji, sekali-kali gapapa lah pikirnya.
    Dengan nekat, mereka memanjat dinding belakang sekolah. Vio sudah di atas lebih dulu, tapi Kei kesulitan memanjat hingga harus ditarik. Akhirnya mereka berhasil keluar, tapi Kei terjatuh dan lututnya sedikit terluka. Kerena itu Vio membantu Kei berjalan menjauh dari sekolah agar tak ketahuan.
    Tepat jam 9 pagi, mereka tiba di tempat pertama: sebuah pohon mangga yang sedang berbuah lebat. Dengan galah yang tersedia, mereka memetik mangga---baik yang matang maupun yang masih muda. Kei heran karena biasanya Vio tidak suka mangga muda. Vio menjawab singkat, "Kemarin mama makan ini dan ternyata enak," membuat Kei ingat bahwa mamanya Vio sedang hamil pasti ia tergiur melihat mamanya.
    Setelah membawa mangga dalam keranjang, mereka menuju lokasi berikutnya. Saat berjalan, Kei tiba-tiba berhenti. Di depan ada sungai kecil yang harus dilewati. "Wah, ternyata sungainya masih ada ya," ucap Vio. Kei memukul pelan lengan Vio, "Ya iyalah, gak mungkin ngilang gitu aja?"
    Kei mulai melompati batu-batu besar di sungai, disusul Vio. Sayangnya, Vio terpeleset karena batu licin dan menabrak Kei. Keduanya pun jatuh ke dalam sungai yang dangkal. "Vio kamu ngapain sih?" gerutu Kei. "Hehe, sorry," jawab Vio sambil tertawa. Kei tak terima dan menyipratkan air ke Vio, memulai perang air kecil mereka.
   Tiba di pohon manggis di seberang sungai, mereka kecewa karena tak ada satu pun buah tersisa. Dengan pakaian setengah basah, mereka melanjutkan perjalanan menuju tempat terakhir: kebun stroberi. Saat sampai, pakaian mereka hampir kering.
    "Serius mau ambil ini?" tanya Vio ragu. "Gak apa-apa, ambil aja," sahut Kei santai. Tanpa penjaga, mereka dengan leluasa memetik stroberi sambil memakan beberapa buahnya. Hari terasa sangat menyenangkan bagi mereka dan berfikir ini harus dicoba sesekali.
    Namun kesenangan itu tak berlangsung lama. "Hey! Ya ampun... bukannya sekolah, ngapain kalian di sini?!" terdengar suara nyaring dari arah pagar. Kei dan Vio kaku seketika. Ternyata itu adalah tante Kei. "Ehh... hai, Tan, hehe," jawab Kei dengan senyum kaku.
    "Jangan bilang kalian cabut sekolah ya?!" suara tante Kei meninggi. Tamatlah riwayat mereka. Tante Kei langsung menelpon ibu Kei, dan tak lama kemudian mereka sudah duduk di ruang tamu, dimarahi oleh ibu Kei. "Ibu gak mau tahu! Kalian harus tanggung konsekuensinya sendiri," tegas ibunya.