Fenomena politisi dari kalangan selebriti sebenernya bukan hal yang baru di Indonesia. Tapi belakangan ini, publik makin resah pasalnya politik terasa lebih seperti tontonan ketimbang ruang serius untuk memperjuangkan rakyat. Ketika wakil rakyat tampil layaknya bintang film penuh gaya dan mencari sensasi kepercayaan masyarakat pun perlahan luntur.
Dalam kacamata komunikasi kritis, hal ini bisa dibaca sebagai kegagalan. Rakyat merasa tidak merasa diwakili secara nyata, hanya dijadikan penonton dari "drama politik" yang dimainkan oleh para kaum elite. Media pun punya peran besar dalam memperkuat kesan itu. Alih-alih menyoroti isi kebajikan, media lebih sering menampilkan sisi luci, gaya bicara, atau gestur tubuh para politisi selebriti. Akibatnya, politik jadi kehilangan makna nya bukan lagi soal citra dan popularitas.
Amarah rakyat yang akhirnya tumpah ke ruang pribadi para politisi sebenernya bukan sekadar tindakan emosional. Itu hanya sinyal keras bahwa ada jarak besar antara rakyat dengan wakilnya. Mereka tidak ingin hanya disuguhi tontonan, tapi ingin didengarkan.
Politik seharusnya jadi ruang dialog dan keberpihakan, bukan panggung hiburan. Mungkin sudah saatnya para politisi memulai "panggungnya" dan mulai benar benar bekerja untuk rakyat. Karena di balik semua drama yang viral itu, ada masyarakat yang menunggu bukti, bukan sekedar penampilannya saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI