Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Ke Borobudur, Aku Kehilangan Candi, Kudapati Orkestra Semesta Janji (03)

16 Mei 2021   23:14 Diperbarui: 16 Mei 2021   23:29 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gemerlap energi Borobudur (gogoo tour) 

Kembang kencur kacaryan hagung cinatur
Sedhet kang sarira, gandhes ing wiraga
Kewes yeng ngandika, hangengayut jiwa

Kembang blimbing pinethik bali ing tebing
Maya-maya sira, wong pindha mustika
Turuning kusuma pathining wanodya

Tembang Ketawang Puspawarna lengkap dengan notasinya sudah melanglang jagad semesta,  sementata aku Argo,  seorang pengelana motor, berbekas motor 400 cc,  Kawasaki custom dua knalpot all Harley Davidson dengan maps Peta yang canggih,  tak lkunjung menemukan stupa Borobudur. Padahal jelas jelas aku memasuki candi itu. Lewat gerbang belakang sore tadi, bahkan ada. Dua spanduk besar  bertuliskan,  "Wonderful Indonesia, Sound of Borobudur", "Borobudur pusat musik dunia !".

***

Namun sampai malam begini tak kunjung kulihat pesona stupa-stupa raksasa yang membuat peninggalan suci agama Budha itu abadi, kuat,  spektakuler dan dihormati dunia.

Sampai menit ini,  Argo masih dilanda kebingungan yang sangat,  apakah betul ia sudah sampai di candi pusat pujaan umat Budha saat ini,   ataukah justru dirinya nyasar sebaga petualang ia  terbiasa nyasar,  tapi kali ini beda,   nyasarnya keterlaluan. 

Pelan-pelan benaknya terbuka, setelah dimandikan Dyah Palupi di tujuh sumur,  dan tujuh oancuran dari tujuh mata air,  sangat disadari bahwa ia amat jauh tersesat.

Walau benar dia memasuki titik di peta,  posisi Borobudur,  tapi bukan  di titik waktu, ketika wangsa Syailendra mulai membangunnya di abad VII Dan selesai dii abad IX. Argo perlahan menyadari entah bagaimana prosesnya,  petualang jalanan itu, telah terlempar ke masa.lampau. Argo yakin ia berada
Di titik peta yang bernar tapi pada waktu yang salah.

Sambil menggigil dalam kucuran air dingin,  tyjuh symber dan menahan dingin luar biasa,  argo berhitung cermat,  nampaknya pemuda itu terlempar jauh,  ke tahun masehi awal ketika Candi itu belum dibangun,  lokasi  Suci itu menjadi pusat berkumpulnya orang sakti orang suci se-Jawadwipa,  Disanalah pusat Budaya dunia,  tehnologi, musik sedang moncer-moncernya,  bahkan jauh sebelum agama yang memuja Budha itu berdiri menyebar, Areal. Suci ini. Dikenal sebagai. Kawasan yang wingit dan memiliki enerji aalm yang dasyat.  Inilah Pusat semesta Jawa, kiblat   musik dunia, bahkan.

Setelah melakukan ritual khusus,  membasuh diri dengan air Suci, dimandikam perawan ayu pujaannya,  Dyah Palupi,  Benak Anak muda itu menjadi terang benderang . Mulai. dicari-cari,  pangkal sebab musababnya, yang membuatnya bisa . Jadi tersesat sejauh itu. Setelah merenungkan sebab,  akhirnya ditemukan pangkal awal kesialannya bermula  Dari.kenekatannya, mengambil artefak mungil lingga Dan Yoni, Yang ia.satukan Di tas.ranselnya. mungkin dua alat penting, kunci semua Kejadian,  aneh yang terjadi. Hmmm...

""Mas Argo,  ayo cepat,  lakai handuk dan segera pakai baju kulit banteng ini,  kita sudah ditunggu Resi Sangkakala di Pasewakan Ageng," kata Dyah Palupi. Agak keras menyadarkanku saat berendam masyuk di mata air ketujuh. Argo tergeragap dan langsung berdiri,  keluar dari air,  gadis perawan yang hanya mengenakan jarik bawahan dari bahan kulit kuda putih itu memekik,  menutupi matanya saat anak. muda yang diam-diam ditaksirnya,  keluar dari kolam. Air spontan Tampa. Baku,  kelihatan semua auratnya. Argo spontan menyambar handuk, menutupi aura vitalnya.

Setelah mengeringkan badan, Arti mencoba melilitkan kulit banteng hitam itu ke tubuhnya,  tapi sulit bukan main,  karena pakaian yang dikenakan bukanlah dari jaman keibuan,  tapi dari jaman lalu. Tanpa rikuh lagi,  Dyah Palupi membantunya bergegas mengingat perintah dari gurunya tak bisa ditawar lagi. Beberapa kali,  tangan dan kulit mereka bersentuhan, saat itu seperti ada dentum mega  marching band lewat,  menggedor hati kedua insan, yang mulai dirabuki rasa suka.

***
Argo melangkah tergopoh diantar Palupi,  ke perhelatan temu besar para guru di pusat pasewakan ageng. Disitu berkumpul sedikitnya 40 resi utama.  Mereka sebagian berbaju kulit binatang hitam,  sebagian lagi putih dan yang di pusat ada lima resi berbaju emas. Semua duduk bertelakan karpet kulit binatang buas yang super besar, lembut, tebal,. Kharismatis.

Ada yang duduk di kulit macan raksasa,  singa super besar,  juga mamoth, gajah purba. Dan binatang lain yang tak dikenali Argo. Semua duduk dengan lembut dan tenang tetapi semua tatapan mata para guru itu amat tajam,  Lebih tajam dari belati stainles yang pernah kau kenal.

"Nak Argo sini duduk depan Eyang Resi disini yang tenang, tahu kesalahan besar yang kau buat ?," tanya Resi Sangkakala lembut,  tapi matanya berkilat tajam, bisa membunuh delapan rusa Karena begitu tajam kilatan perbawanya. Menunjukkan juga kedalaman ilmu menghidupkan juga mematikannya.

Argo. Menggigil. Ketakutan,  saat duduk di. pusat arena, pemuda itu duduk di kulit serigala putih yang dibelah lengkap  terlihat kepala Dan ekornya.
"Maaf, Eyang Resi,  hamba lancang mengambil batu pahatan lingga yoni kecil yang hamba temukan,  sebelum masuk gerbang suci. Lalu hamba bersalah, telah mengintip upacara suci penganugerahan enerji matahari.., " urai Argo hati-hati.  Sambil menempelkan jidatnya ke bulu serigala dilantai  serendah mungkin. Ritual memohon ampun itu dilakukannya lama. Pemuda itu bertekad tidak akan mengangkat kepala  sebelum diampuni sang Resi yang sakti digdaya.

Suasana amat hening dan mencekam.  Rasa -rasanya semut, cicak laba-laba tak ada yang berani bernafas di ruangan itu. Semua menunduk,  bermohon ampun akan kesalahan dan ketaksopanank, Argo sudah siap dipenggal saat itu, dia menyadari benar kelakuannya menabrak kesucian upacara Kapitayan Jawi. Membuatnya layak mati. Argo.tahu,  lelaki agung didepannya dengan kesaktian.luar biasa nya bisa mematikan bahkan menghidupkan 10 harimau sekaligus apalagi hanya sebatang jiwa dirinya.  

Argo kusyu , bersujud Minta ampun. Saat itu dia berupaya mengintip,  gadis pujaannya menangis. Satu demi satu,  air mata bening jatuh dipipi indah Dyah Palupi. Terlihat bahwa saat itu ada rasa khusus di hati perempuan berpayudara indah,  dengan rambut panjang yang menyentuh lututnya. Argo bersorak girang dalam hati,  tapi kepalanya tetap bersujud ala Kelinci takut dimangsa Macan Kumbang Terganas dengan mata kuning berkilat,  terkejam.

Tiba tiba meledaklah tawa sang Resi.. Lalu segenap resi yang ada disitu pun tertawa tergelak-gelak, " Ha-ha-ha,  Argo dan Palupi, anak muda memang tahunya.cuma cinta.  Padahal untuk kesalahan sejenis Argo ini,  hukumannya bisa mati,  atau dibuang seumur hidup ke Leng Bumi, lubang rahasia kebaikan dan keburukan bumi kumpul jadi satu disitu, "terang  Resi Sangkakala.
 
"Baiklah, Argo,  Lingga Yoni kecil yang. Kamu. Pegang  sejatinya kunci portal semesta.siapapum yang masuk denganmembawa kedua alat kuno,  disatukan,  maka semua portal waktu terbuka, beruntung kamu setelah disucikan Dyah Palupi di tujuh mata air,  batinmu. Jadi terbuka Argo, " urai Sang Resi membuka tabir misteri.

Semua Resi yang hadir manggut-manggut, membenarkan.  Kemudian segalanya dijelaskan dengan rinci ,bahwa petilasan Kapitayan Jawi itu akan berkembang amat besar,  diiringi pembangunan pusat sembahyang. Tapa bersama  disitu. Makin hari, kemudosn tumbuhlah, kebudayaan yang memuja musik sebagai pembangkit etos kerja dan daya linuwih batin.


Membuat banyak alat musik diciptakan disini, akan ada ratusan,  mungkin ribuan alat musik yang dicipta disini.  Lalu disebarkan di seluruh dunia. Cuma nanti ada jaman yang tidak tahu asal muasal, alat-alat musik itu dibilang dari manca negara,  padahal kamilah nenek moyangmu yang membuatnya,  lalu  disebarkan ke. Seluruh dunia.

"ya,  ada 60 alat musik di relief candi besar itu Resi., " tutur Argo hati-hati. 

"Aku tahu,  aku tahu,  sudah jangan dikaTakan,  itu rahasiakan,  itu berita jaman,  bahwa  akan banyak agama besar,  tumbuh subur di Jawadwipa,  hindu,  Budha. Islam,  tapi. Kapitayan Jawi,  dan musik dasyat ini tak boleh kau lupa!, "kata pungkas Resi Sangkakala kepadaku. 

Aku diberi kebebasan memilih,  sebagau lelananging jagad,  atau semacam Higlander,  yang bisa hidup  abadi dari jaman ke jaman,  karena aku sudah terpapar  Enerji digdaya Sang Resi sakti. Dan menjadi utusan yang menembus lorong waktu, ke masa lalu atau masa depan untuk menjelaskan, kesalahpahaman,  atau menyelamatkannya bumi dari kehancuran bumi. 

Semua piliha itu terasa mewah,  aku belum memutuskan, tapi aku berharap,pilihan terbaik manapun yang akhirnya kupilih,  harus bisa. Menyertakan Dyah Palupi sebagai pendamping abadi. Percuma hidup abadi, Kalau kesepian...

Sang Resi tersenyum. Penuh arti,  ditatapnya Dyah Palupi,  gadis ayu itu tertunduk jatuh hati. Meski tanpa kata-kata, Sang Resi Sangkakala paham semuanya... 

Kembang duren sinawang sinambi leren
Dalongop kang warna sumeh semunira
Luwes pamicara hangengut driya

Kembang aren tumungkul aneng duren
Sandunge kula mulat ing paduka
Hanganggit puspita, temuhan wiyago

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun