"Aku tahu,  aku tahu,  sudah jangan dikaTakan,  itu rahasiakan,  itu berita jaman,  bahwa  akan banyak agama besar,  tumbuh subur di Jawadwipa,  hindu,  Budha. Islam,  tapi. Kapitayan Jawi,  dan musik dasyat ini tak boleh kau lupa!, "kata pungkas Resi Sangkakala kepadaku.Â
Aku diberi kebebasan memilih,  sebagau lelananging jagad, atau semacam Higlander,  yang bisa hidup  abadi dari jaman ke jaman,  karena aku sudah terpapar  Enerji digdaya Sang Resi sakti. Dan menjadi utusan yang menembus lorong waktu, ke masa lalu atau masa depan untuk menjelaskan, kesalahpahaman,  atau menyelamatkannya bumi dari kehancuran bumi.Â
Semua piliha itu terasa mewah, Â aku belum memutuskan, tapi aku berharap,pilihan terbaik manapun yang akhirnya kupilih, Â harus bisa. Menyertakan Dyah Palupi sebagai pendamping abadi. Percuma hidup abadi, Kalau kesepian...
Sang Resi tersenyum. Penuh arti, Â ditatapnya Dyah Palupi, Â gadis ayu itu tertunduk jatuh hati. Meski tanpa kata-kata, Sang Resi Sangkakala paham semuanya...Â
Kembang duren sinawang sinambi leren
Dalongop kang warna sumeh semunira
Luwes pamicara hangengut driya
Kembang aren tumungkul aneng duren
Sandunge kula mulat ing paduka
Hanganggit puspita, temuhan wiyago