Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pakailah Kaos Reuni Jangan Daster

28 Desember 2020   15:15 Diperbarui: 29 Desember 2020   10:39 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indahnyankaos kebersamaan reuni (supriyono/xzhacrow/smansa)

Reuni SMA akan dimulai tiga jam lagi. Aku belum memutuskan datang atau tidak. Seribu rasa mengganggu. Takut banyak hal.

Tapi ini reuni akbar seluruh angkatan tahun SMA 1 kotaku. Bila dalam reuni lalu aku selalu semangat datang, karena didampingi Mas Jani, suamiku.  Kali ini aku harus datang sendiri. Belahan jiwaku,  baru saja berpulang.  Belum genap 100 hari. Sebagai dokter ia selalu menjaga diri dari pandemi, tapi akhirnya Masku terpapar juga.  Entah lengah dimana, maklum setiap hari berhadapan dengan virus ganas itu.

Dalam suasana duka,  aku memilih untuk mengurung diri di rumah saja. Teman teman satu grup WA smansa menyemangatiku untuk hadir juga.  Tapi aku cuma basa basi mau hadir,  padahal kakiku berat melangkah untuk datang. Apalagi ketika semua sudah menerima kaos seragam reuni yang unik dan warnanya sportif, penuh semangat muda.

Semua bersemangat datang, kecuali aku yang masih larut dalam duka tak berujung.

Sore tiba,  dua jam lagi acara,  dilangsungkan di ballroom hotel bintang, malam nanti. Aku menghidupkan AC,  berniat tidur cepat dan syukur sampai besok pagi. Aku ingin melewati malam reuni dengan tidur sendiri,  sepuas hati.

Baru saja,  aku beres berganti daster tidur satin, kuning gading yang nyaman.

 
Din !
Din !
Suara bel motor mengagetkan ku. Bukankah tukang kurir paket,  biasanya berlaku sopan. Mengetuk pintu atau memencet bel. Ini bunyi motornya menderum derum. Menggangu soreku yang tenang. Gemas aku.

Kuintip kurir paket dari korden jendela depan. Tapi yang kulihat sosok gagah,  mengenakan motor harley klasik warna hitam,  dengan helm bulat dan kacamata pelindung yang pakai karet pengikat.  Jaket kulitnya hitam gaya,  sepatunya tinggi ala penunggang kuda.  Wow, siapa dia?.

Din !
Din!!!
Bel motor dibunyikan keras. menyebalkan sekali.

"Andini Ayo berangkat ! ", teriak sosok di depan teras rumahku sambil mengacung acungkan bungkusan plastik kaos reuni.
Aku tersentak, seperti di hipnotis membuka kunci rumah.  Lalu keluar,  menyambut tamuku.

Begitu aku keluar,  sosok macho itu membuka kacamata dan helm uniknya.  Terlihat wajahnya yang ganteng,  keras khas pelaut. Aha, Laksamana Pertama Hensa Pambudi. Pujaanku dari SMA. Senyumnya sedikit,  tapi meluruhkan. Bikin banyak teman cewek smansa patah hati, dulu.

Sekarang senyumnya masih seperti magnit,  yang membuatku menuruti kemauannya untuk ikut datang ke reuni naik moge-nya.

"Emm,  aku sebetulnya sangat suka kamu pake daster aja,  daripada pakai kaos seragam reuni.  Badanmu masih ramping dan indah kayak SMA dulu..", rayu Hensa khas pelaut. Ceweknya pasti ada di seantero dunia. Huuh.

Owk,  aku baru menyadari, masih memakai daster tipis yang memperlihatkan sebagian besar tubuhku. Aku tinju tangan kekarnya. Sambil. Menyambar kaos seragam. Secepat kilat aku masuk kamar. Lalu berdandan sekejap. Pakai kaos reuni. 

Sampai lupa mempersilakan Hensa masuk rumah. Tapi pria. Karismatis ini santai duduk nangkring di atas motornya sambil. Menyalakan cerutunya santai.

"Ayo berangkat !", teriakku sambil melompat ke jok belakang motornya. Tiba tiba aku lupa dengan perasaan sedihku,  bergaya seperti anak SMA layaknya. Lupa umur.

Moge dinyalakan, cerutu dimatikan.  Dibuang Hensa begitu saja. Kami langsung melaju berboncengan,  menuju reuni smansa.

"Hensa nggak sayang,  itu cerutu mahal dibuang begitu saja?! ". Tanyaku sambil teriak di kupingnya.

"Mahal sih,  tapi lebih mahal menunggu waktu bisa berboncengan sama kamu, kayak dulu.  Pegangan dong! ", pinta pria cinta pertamaku,  persis sewaktu. Muda dulu.  Kami sering menghabiskan waktu keliling kota. Tanpa tujuan,  seru seruan cinta monyet. 

Sayang setelah dia diterima di angkatan laut panggilan tugasnya tak. Kunjung berhenti. Cinta kami pun kandas ditelan samudera waktu.

"Mmm,  kalau aku pegangan, ada yang marah nggak nanti. Nih? ", pancingku sambil mencubit pahanya.

"Banyaaak.  Ha ha ha bercanda.  Aku sendiri sekarang Andini. Istri ku tak kuat, aku jarang pulang selalu melanglang buana..", jawab Hensa datar. Tapi penjelasannya membuat hatiku yang pucat lesi tiba tiba memerah.  Penuh harapan.

Sampai di parkiran hotel reuni,  saat parkir,  ternyata ada adik adik Smansa yang ditugaskan. Mem-foto dan video tamu tamu reuni. Adegan kami naik. Motor berpasangan.  Pun diabadikan, langsung di aplod di grup Smansa.  Wah,  langsung viral.
Heboh.
Ramai komentar miring, lucu dan konyol.

Tapi aku dan Hensa, tidak keberatan sepertinya. Semoga semesta memberi jalan,  jodoh kami. Maafkan aku ya Mas Jani
... 

Reuni SMA akan dimulai tiga jam lagi. Aku belum memutuskan datang atau tidak. Seribu rasa mengganggu. Takut banyak hal.

Tapi ini reuni akbar seluruh angkatan tahun SMA 1 kotaku. Bila dalam reuni lalu aku selalu semangat datang, karena didampingi Mas Jani, suamiku.  Kali ini aku harus datang sendiri. Belahan jiwaku,  baru saja berpulang.  Belum genap 100 hari. Sebagai dokter ia selalu menjaga diri dari pandemi, tapi akhirnya Masku terpapar juga.  Entah lengah dimana, maklum setiap hari berhadapan dengan virus ganas itu.

Dalam suasana duka,  aku memilih untuk mengurung diri di rumah saja. Teman teman satu grup WA smansa menyemangatiku untuk hadir juga.  Tapi aku cuma basa basi mau hadir,  padahal kakiku berat melangkah untuk datang. Apalagi ketika semua sudah menerima kaos seragam reuni yang unik dan warnanya sportif, penuh semangat muda.

Semua bersemangat datang, kecuali aku yang masih larut dalam duka tak berujung.

Sore tiba,  dua jam lagi acara,  dilangsungkan di ballroom hotel bintang, malam nanti. Aku menghidupkan AC,  berniat tidur cepat dan syukur sampai besok pagi. Aku ingin melewati malam reuni dengan tidur sendiri,  sepuas hati.

Baru saja,  aku hendak berganti daster tidur satin yang nyaman.

 
Din !
Din !
Suara bel motor mengagetkan ku. Bukankah tukang kuris paket,  biasanya berlaku sopan. Mengetuk pintu atau memencet bel. Ini bunyi motornua menderum derum. Menggangu soreku yang tenag. Gemas aku.

Kuintip kurir paket dari korden jendela depan. Tapi yang kulihat sosok gagah,  mengenakan motor harley klasik warna hitam,  dengan helm bulat dan kacamata pelindung yang pakai karet pengikat.  Jaketnya gaya,  sepatunya tinggi ala penunggang kuda.  Wow, siapa dia?.

Din !
Din!!!
Bel motor dibunyikan keras. menyebalkan sekali.

"Andini Ayo berangkat ! ", teriak sosok di depan teras rumahku sambil mengacung acungkan bungkusan plastik kaos reuni.
Aku tersentak, seperti di hipnotis membuka kunci rumah.  Lalu keluar,  menyambut tamuku.

Begitu aku keluar,  sosok macho itu membuka kacamata dan helm uniknya.  Terlihat wajahnya yang ganteng,  keras khas pelaut. Aha, Laksamana Pertama Hensa Pambudi. Pujaanku dari Sma. Senyumnya sedikit,  tapi meluruhkan. Bikin banyak teman cewek smansa patah hati, dulu.

Sekarang senyumnya masih seperti magnit,  yang membuatku menuruti kemauannya untuk ikut datang ke reuni naik moge-nya.

"Emm,  aku sebetulnya sangat suka kamu pake daster aja,  daripada pakai kaos seragam reuni.  Badanmu masih ramping dan indah kayak SMA dulu..", rayu Hensa khas pelaut. Ceweknya pasti ada di seantero dunia. Huuh.

Owk,  aku baru menyadari, masih memakai daster tipis yang memperlihatkan sebagian besar tubuhku. Aku tinju tangan kekarnya. Sambil. Menyambar kaos seragam. Secepat kilat aku masuk kamar. Lalu berdandan sekejap. Pakai kaos reuni. Sampai lupa mempersilakan Hensa masuk rumah. Tapi pria. Karismatis ini santai duduk nangkring di atas motornya sambil. Menyalakan cerutunya santai.

"Ayo berangkat !", teriakku sambil melompat ke jok belakang motornya. Tiba tiba aku lupa dengan perasaan sedihku,  bergaya seperti anak SMA layaknya. Lupa umur.

Moge dinyalakan, cerutu dimatikan.  Dibuang Hensa begitu saja. Kami langsung melaju berboncengan,  menuju reuni smansa.

"Hensa gak sayang,  itu cerutu mahal dibuang begitu saja?! ". Tanyaku sambil teriak di kupingnya.

"Mahal sih,  tapi lebih mahal menunggu waktu bisa berboncengan sama kamu, kayak dulu.  Pegangan dong! ", pinta pria cinta pertamaku,  persis sewaktu. Nuda duli.  Kami sering menghabiskan waktu kelilingbkota.  Sayang setelah dia diterima di angkatan laut panggilan tugasnta tak. Kunjung berhenti. Cinta kami pun kandas ditelan samudera waktu.

"Mmm,  kalau aku pegangan, ada yang marah nggak nanti. Nih? ", pancingku sambil mencubit pahanya.

"Banyaaak.  Ha ha ha bercanda.  Aku sendiri sekarang Andini. Istri ku tak kuat aku jarang pulang ng selalu melanglang buana..", jawab Hensa datar. Tapi penjelasannya membuat hatiku yang pucat lesi tiba tiba memerah.  Penuh harapan.

Sampai di parkiran hotel reuni,  saat parkir,  ternyata ada adik adik Smansa yang ditugaskan. Mem-foto dan video tamu tamu reuni. Adegan kami naik. Motor berpasangan.  Pun diabadikan, langsung di aplod di grup Smansa.  Wah,  langsung viral.
Heboh.
Ramai komentar miring, lucu dan konyol.

Tapi aku dan Hensa, tidak keberatan sepertinya. Semoga semesta memberi jalan,  jodoh kami. Maafkan aku ya Mas Jani
...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun