Sekarang senyumnya masih seperti magnit, Â yang membuatku menuruti kemauannya untuk ikut datang ke reuni naik moge-nya.
"Emm, Â aku sebetulnya sangat suka kamu pake daster aja, Â daripada pakai kaos seragam reuni. Â Badanmu masih ramping dan indah kayak SMA dulu..", rayu Hensa khas pelaut. Ceweknya pasti ada di seantero dunia. Huuh.
Owk, Â aku baru menyadari, masih memakai daster tipis yang memperlihatkan sebagian besar tubuhku. Aku tinju tangan kekarnya. Sambil. Menyambar kaos seragam. Secepat kilat aku masuk kamar. Lalu berdandan sekejap. Pakai kaos reuni.Â
Sampai lupa mempersilakan Hensa masuk rumah. Tapi pria. Karismatis ini santai duduk nangkring di atas motornya sambil. Menyalakan cerutunya santai.
"Ayo berangkat !", teriakku sambil melompat ke jok belakang motornya. Tiba tiba aku lupa dengan perasaan sedihku, Â bergaya seperti anak SMA layaknya. Lupa umur.
Moge dinyalakan, cerutu dimatikan. Â Dibuang Hensa begitu saja. Kami langsung melaju berboncengan, Â menuju reuni smansa.
"Hensa nggak sayang, Â itu cerutu mahal dibuang begitu saja?! ". Tanyaku sambil teriak di kupingnya.
"Mahal sih, Â tapi lebih mahal menunggu waktu bisa berboncengan sama kamu, kayak dulu. Â Pegangan dong! ", pinta pria cinta pertamaku, Â persis sewaktu. Muda dulu. Â Kami sering menghabiskan waktu keliling kota. Tanpa tujuan, Â seru seruan cinta monyet.Â
Sayang setelah dia diterima di angkatan laut panggilan tugasnya tak. Kunjung berhenti. Cinta kami pun kandas ditelan samudera waktu.
"Mmm, Â kalau aku pegangan, ada yang marah nggak nanti. Nih? ", pancingku sambil mencubit pahanya.
"Banyaaak. Â Ha ha ha bercanda. Â Aku sendiri sekarang Andini. Istri ku tak kuat, aku jarang pulang selalu melanglang buana..", jawab Hensa datar. Tapi penjelasannya membuat hatiku yang pucat lesi tiba tiba memerah. Â Penuh harapan.