Mohon tunggu...
Saufi Ginting
Saufi Ginting Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi

Pendiri Taman Bacaan Masyarakat Azka Gemilang di Kisaran, Kabupaten Asahan Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Za (Bab I)

30 Januari 2022   15:38 Diperbarui: 30 Januari 2022   15:46 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manggis dan Plastik Asoy (dokpri)

Anak Mamak dan Ayah

Perkenalkan, namaku Zakiyah. Panggilanku Za. Aku anak paling besar --juga paling kecil-. Aku adalah anak perempuan satu-satunya dari Mamak dan Ayah.

Saat ini aku sudah kelas lima. Jarak rumah menuju sekolahku sekitar lima belas menit menggunakan sepeda motor. Jika berangkat ke sekolah, aku selalu diantar oleh ayah. Duduk di depan ayah yang sedang mengendalikan sepeda motor adalah hal yang paling aku senangi. Meskipun beberapa kali aku diledekin teman-teman, aku tak peduli. Bagiku ini ayahku, bukan ayahmu.

Aku sangat senang diantar Ayah. Sepanjang lima belas menit perjalanan, kami akan murojaah --mengulang kembali- hafalan Juz 'amma ku, atau ayah akan bercerita tentang sesuatu sampai kami tiba di sekolah. Selama hampir lima tahun aku di sekolah dasar, tak pernah sekalipun aku tak diantar ayah. Begitu pun pulang, selalu ayah yang menjemputku. Ketika di Taman Kanak-kanak pun, ayah juga yang selalu mengantar dan menjemputku.

Beragam cerita yang diceritakan ayah. Seperti tadi pagi, ayah bercerita tentang buah manggis yang bisa dijadikan permainan. Aku sudah beberapa kali makan buah manggis. Selain rasanya yang manis, tak pernah ada cerita spesial tentang itu. Apalagi bisa dijadikan bahan bermain.

Semalam Ayah baru membawa pulang satu kantongan plastik asoy buah manggis. Kata ayah sewaktu betandang ke rumah Uwak Usni, diberi oleh-oleh buah manggis. Dekat pinggir sungai tak jauh dari Rumah Uwak Usni ada dua batang pohon Manggis. Buahnya lebat. Sampai habis pun kumakan buah manggis itu, ayah tak pernah menceritakan permainan yang spesial tentangnya.

Palinglah yang kuingat buah Manggis ini menjadi spesial, waktu aku masih kelas dua. Waktu itu, Ibu Susi, yang kecerdasannya hampir mendekati menteri kelautan itu, -sebab ibu Susi guruku belum jadi menteri- memberikan aku hadiah buah manggis. Pasalnya pada saat sesi tanya jawab pada materi menyebutkan ciri tumbuhan, khususnya buah mangga, aku bisa menjawab dengan benar.

Sehari sebelumnya Ayah membelikanku aneka buah mangga. Ada mangga harum manis, mangga alpukat, mangga durian, hingga mangga mentega. Percayakah kau mangga banyak macamnya? Cobalah kau tanya aneka buah mangga yang kusebut tadi sama tukang jual buah di kotamu!

"Angkat tangan siapa yang bisa sebutkan rasa dari buah mangga!" pinta bu Susi waktu itu.

Aku dengan segera mengangkat tangan dan menjawab jika buah mangga yang mentah rasanya masam, dan yang matang rasanya manis --meskipun tak semua begitu. Ini cerdasnya bu Susi. Setiap anak-anak yang bisa menjawab, akan diberi hadiah meskipun jawaban kami benarnya kadang-kadang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun