Mohon tunggu...
Saufi Ginting
Saufi Ginting Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi

Pendiri Taman Bacaan Masyarakat Azka Gemilang di Kisaran, Kabupaten Asahan Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Za (Bab I)

30 Januari 2022   15:38 Diperbarui: 30 Januari 2022   15:46 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manggis dan Plastik Asoy (dokpri)

Kata bu Susi, karena aku bisa menjawab rasa buah mangga, pasti aku sudah pernah memakannya, maka aku diberi hadiah buah manggis. Bu Susi ini guru favoritku. Sampai sekarang.

"Ada permainan unik tentang buah manggis lo."

 "Ceritakan Yah, awak belum pernah dengar" desak ku sambil memperbaiki letak ujung jilbabku yang klewer-klewer terkena angin dari arah depan sepeda motor.

 "Dulu waktu ayah masih anak-anak, ada permainan namanya tebak-tebak buah manggis. Siapa yang bisa menebak buah manggis, dia akan disebut anak hebat. Disebut 'hebat' saja, pada masa itu, udah paten kali, senangnya selangit. Sayangnya 'anak orang yang tinggal di Umbut-umbut itu', tak ondak dia cuma disebut hebat, harus ada pialalah, minimal sertifikat, katanya."

 Aku memutarkan kaca spion sepeda motor yang kami kendarai, menghadapkan wajah Ayah. Kulihat ayah senyum. Dikulum. Matanya melirik ke kaca spion yang kuputar tadi. Aku paham maksud Ayah. 'anak orang yang tinggal di Umbut-umbut' adalah sebutan lain untuk menggoda aku. Umbut-umbut adalah nama kelurahan tempat tinggal kami. Sementara 'anak orang'  maksudnya adalah aku.

Kata teman-teman kalau hebat itu harus ada buktinya. Makanya, setiap kali ayah memuji 'hebat anakku', setiap kali pula kubilang sama ayah, kasih pialalah atau sertifikat. Seperti Ayah, beberapa kali ikut pelatihan, selalu dapat sertifikat. Kan hebat itu.

Hasilnya, aku dikasih ketukan di kepala. Keletoook..

"Kalau Za lihat bagian ujung bawah buah manggis, biasanya ada tanda semacam bintang. Nah, bagian bawah itu berfungsi untuk menjelaskan berapa ruas daging isi dari buah manggis. Kalau ingin tahu isi ruas daging buah manggis, kita tak perlu membuka kulitnya. Tengok saja ada beberapa bintang di bawah buahnya. Kalau ada empat, biasanya isi ruas manggisnya empat, seperti itu seterusnya."

Aku mendengarkan. Serius. Pertama, inilah bedanya Ayah dan Mamak dalam memanggil. Kalau berbicara dengan ayah, selalu menyebutkan 'Za' untuk menyebutkan aku, tapi mamakku, becakap samanya, jarang kali aku dipanggil 'Za'. Hampir sering dengan sebutan 'kau'. Jadi, kalau kau nanti main ke rumahku, jangan pala takojut yo. Mamakku berdarah Batak, ayahku suku Jawa. Begitulah. Tapi, kami lebih banyak berlogat Melayu Asahan.

 Kedua, padahal semalam buah manggis yang dibawa Ayah satu kantong plastik asoy, ku makan sendiri dengan lahap, tanpa berbagi. Tak ada ayah menceritakan apa pun tentang permainan menggunakan buah manggis. Ayah cuma bilang manggis berkhasiat untuk kesehatan tubuh seperti mencegah kanker, mengurangi rasa sakit, mencegah infeksi, kaya antioksidan, bagus untuk tekanan darah tinggi, dan mencegah penuaan dini.

"Jadi permainan yang Ayah bilang tadi, caranya gimana?" Aku sudah tak sabaran untuk mendapat penjelasan bagaimana bermain menggunakan buah manggis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun