Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Potret Wajah Peradaban Lamakera dalam Pembukaan Reuni

24 Juni 2023   18:19 Diperbarui: 24 Juni 2023   18:27 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Azis Maloko, M.H.

Tadi malam, Jum'at 23 Juni 2023, boleh dikatakan merupakan "malam inti" (bagi) kegiatan Reuni Akbar Keluarga Lamakera se-Indonesia (selanjutnya disebut reuni) setelah beberapa hari melakukan kegiatan penjemputan tamu undangan dari kalangan PKLS dan paguyuban Lamakera se-Indonesia beserta tamu-tamu lainnya, baik dari keluarga besar Solor Watan Lema maupun pejabat Bupati dan lainnya. Dikatakan "malam inti" oleh sebab pada malam itu acara pembukaan reuni dimulai dan dibuka secara resmi oleh pejabat Bupati Flores Timur, tentunya setelah panjang lebar melalui pelbagai rangkaian kegiatan sebelumnya, mulai dari pertunjukan "band lokal" dengan judul lagunya "Tite Lamakera Hena", lalu diikuti kemudian dengan lagu kebangsaan, tilawah, doa munajat dan sambutan-sambutan.

Kegiatan reuni ini terbilang cukup luar biasa dalam arti berbeda dengan kegiatan reuni sebelum-sebelumnya. Setidaknya terdapat beberapa faktor penting di dalamnya. Pertama; faktor mobilitas massa. Bila dibandingkan dengan reuni-reuni sebelumnya, reuni kali ini jauh lebih besar mobilitas masanya. Karena hampir semua anak Lamakera se-Indonesia ikut serta hadir di dalamnya. Bisa dikatakan delapan puluhan persen anak Lamakera di luar Lamakera pulang semua. Tentunya, hal demikian terbilang cukup wajar oleh sebab pihak-pihak terkait bekerja ekstra dan cukup sistematis dan massive untuk mendatangkan anak-anak Lamakera se-Indonesia dalam rangka menghadiri reuni. Berbeda sebelumnya, selain waktu cukup mendesak karena pro kontra, juga memang tidak menjadi "prioritas penting" soal mobilitas massa anak Lamakera.

Kedua; dekorasi panggung utama kegiatan. Meskipun hal ini terbilang merupakan "aksidental", akan tetapi menjadi perhatian khusus dan luar biasa, sehingga kita bisa melihat bagaimana tampilan panggung utama kegiatan. Tentunya, terbilang cukup "elitis" atau paling tidak berbeda dengan reuni-reuni sebelumnya. Awalnya mengira hanya kegiatan anak-anak mahasiswa saja yang menampilkan dekorasi panggung utama semacam itu, namun rupa-rupanya salah. Dekorasi panggung utama ini benar-benar mewah dan megah. Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan panggung kegiatan mahasiswa yang biasa memiliki effort lebih ditambah ghirah khusus untuk menampilkan sesuatu yang keren-keren. Wajar-wajar saja karena panggung utama ini menjadi sentral kegiatan reuni, termasuk pembukaan itu. Apalagi memang untuk kali ini terdapat ghirah dan kekompakan untuk mempersembahkan sesuatu yang terbaik. Bisa-bisa saja seperti itulah wajah peradaban Lamakera ke depannya.

Ketiga; tokoh yang hadir dalam kegiatan reuni. Jika kegiatan-kegiatan Lamakera sebelumnya selalu menghadir-datangkan tokoh-tokoh nasional, sebut saja Amin Rais, Ketua Komisi VIII DPR RI F-PAN (Alm. Ali Taher Perasong), Menteri Agama RI (Lukman Hakim Saifuddin), Wakil Menteri Agama RI (Zainut Tauhid Sa'adi), Menteri Sosial (Agus Gumiwang Karta Sasmita), Mentri Perempuan dan Urusan Anak (Yohana Susana Yembise), Hajriyanto Tohari, Wakil Ketua MPR RI dan sejumlah Dirjen dan lainnya, maka untuk kegiatan reuni kali ini tidak mendatangkan tokoh-tokoh nasional kecuali Ahmad Yohan selaku anggota DPR RI Komisi XI F-PAN beserta beberapa orang temannya yang juga sebagai anggota DPR RI dan DPRD plus pengelola KAHMI TV. Selain itu, reuni kali ini berhasil mendatangkan putra terbaik Lamakera di dunia Stand Up Comedy, Abdur Arsyad sebagai pemandu acara reuni. Nampaknya reuni ini agak "sederhana" dalam menghadir-datangkan tokoh, sesuatu yang berbeda dengan mobilitas massa yang begitu besar dan dekorasi panggung yang begitu indah dan menawan.

Keempat; thema kegiatan reuni. Thema bisa dikatakan gambaran tentang apa yang diinginkan dari adanya suatu kegiatan. Karena itu, thema kegiatan memiliki arti dan peranan penting dalam suatu kegiatan. Makanya, hampir setiap kegiatan selalu saja ada temanya. Reuni kali ini mengangkat dan mengusung tema yang luar biasa, yakni "merajut cinta menuju Lamakera berkeadaban". Tema ini berbeda dengan tema kegiatan pra reuni, meski diprakarsai oleh orang yang sama dan dilakukan dalam waktu yang berdekatan. Di mana tema kegiatan pra reuni bertajuk "menyatukan hati dalam membangun Lamakera berkemajuan". Keduanya memiliki kata kunci sekaligus pesan yang berbeda. Sayang, hingga kini tidak ditemukan adanya penjelasan yang konkrit, baik dalam bentuk grand narasi maupun program-program nyata mengarah ke sana. Semoga rangkaian kegiatan selanjutnya kian memberikan kejelasan tentangnya.

Titik Tumpu dan Titik Tuju Peradaban Lamakera

Ketika kita menyaksikan rangkaian acara pembukaan reuni tadi malam, maka kita segera mengatakan bahwa betapa dahsyatnya kegiatan reuni kali ini. Selain yang disebutkan sebelumnya di atas, kita melihat bagaimana pertunjukan yang dihadirkan dalam acara pembukaan tersebut. Di situ dihadirkan dua pertunjukan yang terbilang cucuk menyentuh relung hati anak Lamakera. Pertama; pertunjukan drama orangtua nelayan terhadap dunia pendidikan anak-anaknya. Kedua; pertunjukan para nelayan melaut mencari ikka balla dengan suka duka disertai dengan syair koda maleng. Setiap anak Lamakera yang menyaksikan pertunjukan ini pasti akan terharu dan menangis. Karena akar kehidupan anak Lamakera ada pada filosofi "waha peledan, kota pehape", yakni dari nelayan.B

elum lagi pidato diaspora dalam sambutan pembukaan, khususnya yang disampaikan oleh Bapak Alwan Suban mewakili PKLS dan Bapak Ahmad Yohan selaku anggota DPR RI F-PAN. Pidatonya selain menyampaikan pokok-pokok pikiran tentang diaspora peradaban Lamakera ke depannya terbilang agak menggelitik rasionalitas, juga cukup mengharubiru karena begitu heroik, emosional dan menyentuh dinding-dinding hati setiap anak Lamakera. Anak-anaknya Lamakera semacam mendapat suntikan amunisi baru melaluinya. Sebab, di sana narasi optimisme dan "kalkulasi kekuatan" berbasiskan romantika sejarah plus kekuatan politik dan kemandirian Lamakera dalam konteks kekinian dan kedisinian kita dikhotbahkan dengan begitu lantang, tegas dan emosionalnya.

Mengacu pada grand tema kegiatan reuni, maka titik tumpu dan titik tuju kegiatan reuni ini berkisar pada "kekuatan cinta" sebagai titik tumpu dan "Lamakera berkeadaban" sebagai titik tuju. Artinya, untuk dapat membangun dan mewujudkan kampung Lamakera (yang) berkeadaban dibutuhkan namanya "kekuatan cinta". Bahkan "kekuatan cinta" (Lamakera dan bisa saja antara sesama anak Lamakera) ini dijadikan sebagai "daya pikat", "daya tarik" dan "daya panggil" semua anak Lamakera untuk kembali pulang ke Lamakera dalam suksesi kegiatan reuni. Meskipun kedua kata kunci sekaligus menjadi titik tumpu dan titik tuju dijabarkan lebih jauh lagi dalam Buku Panduan Reuni Akbar Keluarga Lamakera se-Indonesia juga disampaikan oleh ketua panitia reuni, Bapak Moh. Ismail, serta Bapak Alwan Suban dan Bapak Ahmad Yohan dalam sambutannya tentang diaspora peradaban Lamakera ke depannya.

Kalau kita menyimak awal-awal pembukaan sambutan ketua panitia reuni di situ semakin nampak jelas tentang hakikat "merajut cinta" sebagai kata kunci sekaligus titik tumpu peradaban Lamakera ke depannya. Di situ ketua panitia mengutip satu ayat al-Qur'an dan satu hadis. Ayat al-Qur'an yang dikutip juga dibacakan oleh qoriah yang membawakan pembacaan Kalam ilahi dalam pembukaan kegiatan reuni, yakni QS Ali Imran/3:103. Sementara hadis (sebenarnya bukan hadis, tetapi perkataan para ulama) tentang kecintaan terhadap kampung halaman (negeri) adalah bagian dari keimanan (hubb Al-watan min al-Iman). Kutipan ini seolah-olah menegaskan bahwa "merajut cinta" terhadap dan atau untuk Lamakera berkeadaban merupakan bagian dari keimanan. Bahkan wujud "merajut cinta" untuk Lamakera berkeadaban tidak diandaikan "sempurna" manakala di dalamnya tidak ada semangat dan komitmen persatuan dan enggan untuk berpecah belah atau bercerai berai antar sesama anak Lamakera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun