Mohon tunggu...
Alfiyah  Qurrotu A.
Alfiyah Qurrotu A. Mohon Tunggu... Penulis - guru

masih belajar, dan selamanya akan begitu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Disiplin Tumbuh Karena Hukuman Fisik, Membantu atau Menyusahkan Anak?

15 November 2019   01:05 Diperbarui: 15 November 2019   01:14 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pukul anak oleh bangkatribunnews.com

Punishmet

Salah satu pendekatan yang cukup populer digunakan oleh banyak orang. Namun, yang perlu diketahui, pendekatan ini bukanlah menghilangkan sebuah perilaku tertentu melainkan hanya untuk melemahkan atau mengurangi hal yang kurang menyenangkan terhadap perilaku tersebut. Misalnya adanya hukuman bagi anak untuk tidak diperbolehkan menonton televisi atau bermain gawai.

Hal tersebut memang hukuman yang tidak menyenangkan bagi anak dan bisa jadi dipatuhi oleh anak, namun tidak menutup kemungkinan anak akan kembali tidak patuh di kemudian hari.

Baca Juga: Early Childhood Discipline: A Review of the Literature 

Kembali kepada bahasan pada artikel kali ini, sikap disiplin yang dikaitkan dengan hukuman. Jika ditelaah secara perlahan, htujuan adanya hukuman adalah untuk menghentikan anak dari melakukan apa yang tidak diinginkan oleh orang dewasa. 

Baik menggunakan cara yang menyakitkan atau menyenangkan, hukuman kemudian dikategorikan oleh Velya Telep, diantaranya Hukuman Fisik (menampar, memukul, dsb).

Hukuman Verbal (mempermalukan, menertawakan, dsb), Menahan Hadiah (misal tidak diperbolehkan menonton televisi jika belum selesai dengan tugas).

Hukuman bersifat mengancam (bila melakukan kesalahan tertentu akan diwajibkan mengganti atau menebus sesuai dengan kesalahan yang diperbuat). Keempat jenis hukuman tersebut diangap sebagai metode pendisiplinan yang cukup efektif, sekalipun mengalami perbedaan pada setiap orang tua.

Membincang disiplin jika hanya diukur dari segi seberapa ia patuh dengan hukuman akan membuat anak kebingungan dengan konsep awal dari sikap tersebut. 

Bagaimanapun, sifat disiplin akan muncul ketika ia dipupuk dan diperkuat dengan contoh-contoh nyata yang tidak mengancam melainkan memberi kesempatan anak untuk menyadari bahwa perilakunya yang salah itu perlu ia perbaiki agar menjadi benar di kemudian hari. 

Bila mengacu pada konsep hukuman fisik yang notabenenya hanya mengarahkan anak untuk melupakan sejenak perbuatan yang dianggap salah tanpa pemahaman bahwa kesalahan yang ia perbuat harus melalui fase pembenaran hingga tidak ada lagi kesempatan untuknya bebas berkelakuan kurang baik lagi dikarenakan hanya telah membayar hukuman mereka diwaktu yang telah ditentukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun