Mohon tunggu...
Ayu Lestari
Ayu Lestari Mohon Tunggu... Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi

Seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP Siliwangi. Penikmat kata dan warna. Memiliki hobi menulis dan membuat sketsa, sebagai cara mengekspresikan isi kepala yang berisik. Suka menyelami topik sejarah, kadang politik, buku, dan sesekali tenggelam dalam film fiksi yang penuh imajinasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

I Love You, I'm Sorry

14 Juni 2025   21:35 Diperbarui: 14 Juni 2025   21:32 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulihat kehadiranmu sambil melambaikan tangan di ujung jalan sana, senyuman yang kau berikan begitu cerah sampai mengalahkan mentari di pagi itu. Tubuhmu menyandar pada tiang lampu trotoar yang telah padam, begitu semangat menjuntaikan tangan meraih tangan itu lalu kau genggam. Bukan tanganku. Melainkan kekasihmu. Benar, aku hanya bisa menyaksikan itu di sisi lain sambil terduduk dengan segelas kopi yang kubeli barusan, rasa panas menjalar melewati tenggorokanku saat kucicipi kopi itu. Panas. Panas sekali. Begitu pula dengan hatiku.

“Hai, Lea.”

“Hai juga, selamat pagi Har!”

Aku mendongak saat Haru datang lalu duduk di sampingku. Rupanya dia habis olahraga pagi terlihat dari pakaian yang dia pakai, dan keringat yang membanjiri pelipisnya. Dia tampak kelelahan, lalu meminum air yang dibawanya dengan botol air berwarna biru. Aku tetap memperhatikan, tak sadar bahwa dia sudah melambai-lambaikan tangannya ke wajahku.

“Aku tau wajahku begitu tampan, tapi bisakah kau tidak terlalu ketara memperhatikannya?” Ucapnya tampak bercanda.

Aku terkekeh. “Sial! Siapa juga yang memperhatikanmu. Aku hanya penasaran, bagaimana mungkin orang semalas dirimu bisa tiba-tiba datang dengan tubuh yang sudah berkeringat di waktu sepagi ini.”

“Bohong sekali. Tinggal mengaku saja apa susahnya.” Haru menaik turunkan alisnya dengan jenaka setelah mengucapkan itu. “Aku tidak malas ya! Kebetulan hari ini minggu, dan pekerjaanku telah kubereskan semuanya, jadi kenapa waktu kosongku tidak kugunakan untuk bersantai saja.” Lanjutnya lagi terlihat bersemangat.

Aku menganggukkan kepalaku. “Oke… oke… aku paham.”

Setelah itu kami hanya terdiam, duduk di kursi pinggir jalan dekat taman. Memperhatikan suasana orang-orang berlalu-lalang, pagi yang sangat cerah di Pittenburg, tidak heran jika banyak yang keluar untuk menghirup udara segar menyambut musim semi.

“Setelah ini kau mau melakukan apa?” Tanya Haru, memecah keheningan. Pria dengan surai hitam legam itu tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya.

Aku berpikir sejenak. Dirasa jika hari ini jadwalku kosong, dan mungkin aku hanya akan bersantai di rumah sambil menonton, maka kujawab,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun