4. When, apakah ada pola waktu tertentu, misalnya pagi, saat pulang kerja, atau saat akhir pekan?
5. Where, apakah ada tempat tertentu yang memancing kemarahan. Apakah di rumah, atau di tempat kerja?
1. How, bagaimana kemarahan itu dilakukan? Apakah dengan kalimat destruktif, atau bahkan dengan kekerasan fisik?
Pentingnya mengambil kendali atas diri sendiriÂ
Kita tahu, anak-anak masih kesulitan mengelola emosi mereka. Anak-anak lebih bersifat spontan dan tidak memikirkan apa  saja dampak di belakang tindakannya. Tetapi orang dewasa sepantasnya dapat mengontrol emosi mereka.
Nah, apa yang harus dilakukan agar sikap marah menjadi lebih elegan dan memberikan hasil?
- Â Beri diri Anda waktu untuk meredakan emosi sebelum menyampaikan perasaan
- Jangan berteriak apalagi meledak-ledak dengan bahasa yang kasar. Gunakan bahasa yang tenang namun tegas
- Hindari menyerang pribadi, fokus hanya pada fakta sebenarnyaÂ
- Menjaga sikap, hindari menunjuk-nunjuk atau bertolak pinggangÂ
- Berikan solusi, bukan hanya kemarahanÂ
- Sebaiknya mencari waktu yang tepatÂ
- Hindari mengonsumsi obat tidur dalam jangka panjang karena ini akan membuat sulit mengendalikan diriÂ
Waspadai marah yang kekanak-kanakanÂ
Tantrum, atau marah yang tidak terkendali sebagaimana yang dilakukan anak-anak, dapat menurunkan "nilai" Anda di mata orang lain.
Tidak peduli berapa pun sakitnya apa yang Anda alami, sikap ini justru mendatangkan penilaian negatip yang membuat orang lain menjauhi Anda.Â
Sebenarnya, keberadaan emosi dapat memberi manfaat. Emosi memberikan informasi, tergantung bagaimana cara mengelolanya
Melepaskan tumpukan emosi
Salah satu emosi dasar manusia adalah marah. Siapapun bisa marah, tidak terkecuali seorang raja yang dipenuhi kekuasaan sekalipun. Sebaliknya, tidak ada bayi yang dilahirkan untuk menjadi pemarah.Â
Marah itu sendiri merupakan tumpukan beban emosional yang terakumulasi dalam waktu lama tentang kejadian-kejadian di masa lalu yang mengancam dan tidak disukai. Kabar buruknya, berbagai penelitian mengatakan dampak negatip marah dapat menurunkan imunitas, memicu penyakit jantung, diabetes, Â bahkan stroke.
Hal ini disebabkan cara kerja organ tubuh meningkat, seperti detak jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa. ketika gejala menjadi kronis, pembuluh darah menjadi tersumbat dan rusak.