Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putri Naura Terbebas

17 November 2021   14:30 Diperbarui: 17 November 2021   15:17 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Putri Naura Terbebas|foto: Dawn Charles/pinterest

Kisah sebelumnya... [Kunang-kunang Jangan Pergi]

Putri Naura, menjadi tumbal perjanjian baginda raja dengan seorang penyihir jahat bernama Mariah. Barisan kunang-kunang, datang setiap senja dan memberikan penghiburan.

Delapan tahun, sama sekali bukan waktu yang pendek untuk menjalani sebuah kutukan. Tetapi putri Naura masih bersyukur ia hanya dirubah wujudnya menjadi pohon anting putri.

Serangga menyala, berkelip mengitari dirinya, dan senantiasa memberi keyakinan bahwa kebaikan akan mengalahkan kejahatan. 

"Semoga saja itu tidak akan lama lagi," harap Naura berbesar hati.

Menjadi pohon di tengah hutan gelap, dengan ratusan bunga putih bermekaran, dicintai dan dikagumi seisi hutan, tetaplah tidak seindah kehidupan bersama ayahanda raja dan ibunda ratu.

Ia pernah mendengar bahwa baginda adalah raja yang tamak. Sangat suka memperluas wilayah kekuasaan, bahkan tidak segan-segan menukar dirinya kepada penyihir jahat.

Entahlah. Sembilan tahun hidup di istana dengan limpahan kasih sayang kedua orang tuanya, Naura tak menaruh percaya sedikit pun tentang berita ini. Apalagi sahabatnya berkata bahwa Mariah adalah penyihir yang jahat.

Hari terus berlalu. Berganti-ganti purnama menghampiri. Tak terasa gerbang tujuh belas tahun menunggunya.

Dari seorang peri yang pernah hinggap di bunga putihnya, Naura mendengar akan ada seorang pangeran yang kelak datang dan menyelamatkannya. Kutukan itu akan berakhir, dan seluruh kekuatan Mariah akan musnah! 

Naura merasa senang sekaligus ragu. Apakah benar semua yang didengarnya? Kekuatan sihir dapat lenyap karena kehadiran seorang pangeran. Lalu, siapakah dia?

Mirip cerita-cerita dari negeri dongeng yang terdengar indah, Naura berharap semoga nasib baik menjadi miliknya. Ia akan senang sekali bila dapat hidup normal di tengah-tengah manusia. Merasakan kehangatan keluarga, tanpa rasa terasing di dalam hutan.

"Permisi..." sebuah suara mengejutkan Naura.

"Wahai pohon yang dipenuhi bunga putih yang cantik, kami yakin engkau mempunyai jiwa, atau mungkin semacam penunggu yang tak terlihat..."

Tanpa ia sadari, seorang lelaki agak tua berdiri di dekatnya dengan sebuah keranjang anyaman.

"Aku harap kau mau menolongku," katanya lagi.

Naura memperhatikan sosoknya. Rasanya cukup asing. Ia pasti tak pernah datang sebelumnya. Tidak juga untuk berburu. Lalu apa yang mendorongnya sampai kemari?

"Aku baru saja menikah di usia setua ini. Dan istriku sedang mengandung anak pertama kami. Istriku tidak mengidam makanan apapun, kecuali menginginkan sekeranjang bunga dari dalam hutan. Jadi apa kau tidak keberatan jika aku memetiknya?"

Naura tertegun, kagum. Ia senang mendengar kisah bayi yang akan dilahirkan. Apalagi seorang bayi perempuan. Lalu seorang calon ayah akan sungguh-sungguh memerhatikan mereka. Kedengarannya seperti sebuah keluarga yang bahagia.

Jika para suami mencurahkan hidupnya untuk mencintai Sang Pencipta, pastilah kepada sesama ia akan penuh cinta kasih, termasuk kepada keluarganya.

Seorang istri ketika merasakan guyuran kesetiaan dan pengorbanan sang suami, pastilah merasa malu dan terhina, jika tak membalas dengan kasih sayang dan kesetiaan yang sama.

Bayi-bayi mungil yang lahir dari rahim wanita berbudi, dibesarkan dari tangan lembut dan dekapan hangat, tak ada jalan lain untuknya. Mereka akan memilih pangkuan ayah bundanya untuk pulang dan berbakti.

Jika dunia dipenuhi orang-orang yang tulus, tak perlu ada keserakahan untuk menghilangkan dahaga dan lapar sehari. Satu-satunya yang menjerat orang dalam ketamakan, adalah impian bahwa ia akan hidup kekal di dunia ini. Oh.

Naura kembali teringat baginda raja. Tapi ia masih tak beranggapan semua cerita itu benar. Baginda pasti seorang raja yang baik dan bijak, sebab ia selalu melihat wajah ibunda ratu dihiasi senyum bahagia.

"Aku berterima kasih, wahai pohon yang baik. Keranjangku sudah cukup penuh. Aku permisi dulu. Semoga hidupmu dipenuhi kebahagiaan..."

Naura tersadar kembali dari lamunan. Dilihatnya pria itu berlalu.

Tiba-tiba sebuah sinar menyilaukan, mamancar dari dalam hutan. Hanya sepersekian detik, namun menggegerkan seisi hutan gelap.

Seorang tampan berlutut di hadapannya, membuatnya tercengang dan bingung.

Naura tak percaya. Ia sudah berubah wujud menjadi putri kembali. Ia bukan lagi sebuah pohon yang diam dan menunggu. Ia telah terbebas dari mantra penyihir jahat.

"Wahai Putri Naura, aku adalah Pangeran Damian yang mendapat izin dari Raja untuk mempersunting dirimu. Maukah engkau ikut denganku kembali ke istana dan menjadi pendamping hidupku?"

Naura takjub bercampur haru. Ia pernah mendengar tentang Pangeran Damian dari kerajaan seberang.

Segera dianggukkannya kepalanya, tanpa ragu sedikitpun. Diulurkannya tangannya, lalu bergandengan meninggalkan hutan yang berseri. Ya, hutan itu tak lagi terasa gelap. Burung dan kupu mengiringi mereka pergi dengan kicauan suka-cita.

Kebaikan hati, mengalahkan kejahatan apapun. Sepertinya ini adalah mantra dari ratu kunang-kunang yang sudah berhasil ia jalani. Semoga.

SELESAI

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun