Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika "Toxic Positivity" Membuatmu Lebih Manusiawi

30 Juli 2021   08:35 Diperbarui: 30 Juli 2021   09:25 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toxic positivity membuatmu lebih manusiawi (ilustrasi dari kompas.com)

Maksud saya, kita tidak bisa mematok kebahagiaan dan kesuksesan akan menimpa kita secara terus-menerus.

Pasti ada giliran dan waktunya, kapan hidup kita akan dibasahi air mata. Atau saat pandemi seperti sekarang, hidup kita mungkin saja dilanda beberapa krisis.

Kita berharap pandemi segera berlalu dan sendi-sendi kehidupan bisa berjalan dengan normal kembali.

Sekali lagi, manusia pasti mempunyai titik tidak nyaman dalam perjalanannya. Kesedihan, kecemasan, kerugian, penderitaan, bahkan saat skripsi yang diajukan lagi dan lagi ditolak dosen pembimbing.

Dunia belum kiamat!

Ketika artikel yang saya tayangkan di Kompasiana tidak mendapat label dari admin, saya pun harus menerimanya sebagai bagian dari sebuah proses.

Bangkit, adalah masalah lain. Tetapi memberi ruang untuk bersedih dan kehilangan dalam kurun yang wajar, justru sangat sehat bagi psikologi dan mental.

Menonton film yang menguras emosi, yang membuat penontonnya berderai-derai, terbahak-bahak, atau bahkan berteriak histeris karena merasakan benar dramatisasi di dalamnya; apa yang akan terjadi jika harus jaim dan sok cool sampai film selesai?

Tentu aktivitas seperti ini tidak akan memberi dampak menghibur atau pun melegakan perasaan. 

Emosi/perasaan yang ditahan dan tidak dilepaskan, akan mengendap, bertumpuk, dan sewaktu-waktu butuh untuk meledak. Tentu, ini menjafi tidak baik dan tidak sehat, bukan.

Jadi, menangislah bila perlu menangis. Bersedihlah, bila perlu bersedih. Ini sebih sejalan dengan mekanisme tubuh, dimana Allah SWT telah menciptakan air mata serta hormon bahagia. Ini akan lebih manusiawi.

Pada fase selanjutnya, percayalah, seseorang akan lebih mudah bangkit dan merasa lebih kuat dari sebelumnya.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun