"Jadi Om suka menulis puisi?"
"Sedikit."
"Cerpen?"
"Sedikit."
"Om suka yang sedikit-sedikit, ya?"
"Kalau Niken suka yang banyak-banyak?"
Niken tertawa. Lepas.
Sebelum masuk gerbang perumahan tempat kami tinggal, aku turun. "Nggak enak kalau dilihat tetangga," alasanku.
Tapi Niken masih sempat, "Istri Om dulu pasti cantik?"
Aku tertegun sejenak. Perempuan kalau sudah menanyakan kecantikan perempuan lain yang pernah dekat dengan kita, ia berharap kita akan menjawab, "Niken juga cantik." Atau kalau ingin sedikit jauh, "Lebih cantik Niken."
Tapi tidak kuucapkan itu. Aku hanya tersenyum tipis. Tidak berhenti sampai di situ: "Oom, boleh tahu nomer WA-nya?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!