Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jajanan dari Surga

10 April 2020   16:49 Diperbarui: 10 April 2020   17:04 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: doktersehat.com.

***

Baru separuh jalan aku menuju stasiun kereta, hp-ku berdering. Dari istriku. 

"Ini Kakak, ingin nelpon Ayahnya," terang istriku. 

"Halo Kakak...? Belum, Ayah belum naik kereta... Ya, nanti Ayah buka di kereta... Hahaha...! Nggak, Ayah nggak hujan-hujanan. Apa? Oh, ya, nanti Ayah kasih tahu ke Nenek, kalau Kakak sudah bisa baca... Ya, lebaran nanti pulang sama-sama... Apa? O, Dedek mau ngomong juga? Dedek...? Halo...?"

"Aa-yah...?" Diam. "Mm... beli martabak."

Aku terbahak. 

***

Di atas kereta aku termenung memandang keluar, lewat kaca jendela kereta. Aku teringat ibuku. Mm, mudah-mudahan sakit ibuku tak terlalu mengkhawatirkan. Cerita adikku lewat telepon pagi tadi Ibu tak mau dirawat di rumah sakit. Aku berharap penyakit Ibu tak terlalu parah. 

Aku membuka bekal diberikan istriku tadi. Kumakan sepotong kecil biskuit, juga kubuka botol minuman, air mineral. 

Tiba-tiba mataku melihat sebuah bungkusan kecil. O, itu tadi yang diberikan gadis kecilku. Ketika kubuka, rasanya aku ingin tertawa. 

Hanya makanan ringan, khas anak-anak, seharga sekitar seribuan per bungkus. Ada kacang, pilus, wafer, ciki, juga ada kerupuk, tapi cuma separo. Ada sobekan kertas buku, dengan tulisan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun