Waktuku kecil, di tangan kiriku ada beberapa mata mungil di jari telunjukku, tepat di antara ruas jari pertama dan kedua, di sisi yang menghadap ibu jariku, jadi aku selalu bisa melihat sekeliling, mencari sesuatu.
Ayahku menyeretku ke dokter, bukan karena khawatir, lebih karena marah: aku selalu mempunyai masalah kesehatan. Dokter kami juga mengalami rasa frustrasi yang sama. Tidak ada obat sama sekali untuk masalahku.
Dia tidak mau menyarankan operasi. Aku tidak kesakitan, dan dia ingin menunggu dan mengamati. "Mungkin itu akan hilang dengan sendirinya."
Dalam perjalanan pulang, ayahku masih marah. "Itu karena kamu kotor, bermain-main dengan teman-temanmu itu."
"Aku memang seharusnya bermain di tanah kotor supaya membangun kekebalan."
"Di mana kamu mendengar itu?"
Anak-anak selalu mendengarkan sesuatu, tetapi umumnya tidak menyebutkan sumbernya, sehingga tidak mempunyai hak dalam perdebatan apa pun.
Di akhir perjalanan, Ayah memberi tahu bahwa alergi, eksim, dan mata yang tumbuh keluar dari tanganku disebabkan oleh sifat yang buruk, kurangnya kemauan.
Aku hanya tidak cukup tangguh.
Teman-temanku mundur. Ada yang muntah. Entah muntah benar atau muntah dibuat-buat, yang lebih parah. Beberapa orang mengatakan matanya berwarna biru, hijau, cokelat. Tak satu pun yang berwarna cokelat tua yang dalam. Tidak ada seorang pun yang memiliki lipatan itu.