Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wasiat Perawan Rimba

8 Oktober 2025   09:09 Diperbarui: 8 Oktober 2025   08:55 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

"Penjagaku."

Kata-kata itu menggantung di udara di belakangnya seperti lembapnya hutan lebat. Di sekelilingnya, akar pohon berderit saat menjulur ke dalam tanah.

Sekelompok bunga putih mekar dalam sekejap dan lumut menyebar seperti air tumpah dari daun keladi. Di pohon terdekat, telur-telur baru seekor burung pipit menetas dan anak-anaknya terbang melintas meninggalkan sarang untuk pertama kalinya.

Dia berbalik untuk menghadapi majikannya, Bunda Ratu Kembang dan Daun Silimarin. Atau Perawan Rimba, sebutan orang-orang yang tinggal di sepanjang batas hutan.

Dia berdiri di hadapannya dengan kulit lempung dan rambut seperti helaian lumut yang menggantung. Mata gioknya hampir membunuhnya dengan rasa bersalah saat dia bergerak mendekat dengan hutan yang merayap.

"Mengapa kau meninggalkanku saat aku sangat membutuhkanmu?"

Kesedihan dalam suaranya tampak tak terkira. "Lihat..."

Dia menunjuk ke arah tanah di balik hutan, tempat yang dulunya tumbuh subur dan hijau. Sekarang, hamparan tunggul yang membusuk seperti kuburan membentang dari pegunungan ke lembah. Pohon-pohon telah surut jauh di lereng kaki bukit, meringkuk dari kapak yang mengambil kerabat mereka.

Hutan besar itu adalah satu-satunya yang tersisa dari bumi, seperti sebelum manusia belajar membakar dan membangun, dan pria yang membawa hutan di hatinya berduka atas hutan belantara yang runtuh. Namun, dia tidak dapat mengalihkan pikirannya dari wanita berambut hitam dan anak-anak yang tertawa. Mereka adalah... keluarga.

Kata itu kembali kepadanya, terbungkus dalam kegembiraan dan kesedihan yang datang bersamaan.

Dia berpaling dari Perawan Rimba, tetapi gadis itu mencengkeram tangannya dan menariknya kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun