Sebelumnya: Misteri Alien: 12. Rahasia Malam
Pandu tampak gugup.
"Berapa lama lagi sebelum bulan terbit?" tanyanya, karena tahu malam itu saatnya bulan purnama.
Sakti yang berjalan di depannya, menjawab dari balik bahunya, "Kurang dari dua jam."
Malam menyelimuti mereka dalam bayang-bayang. Suara punggok tondian, burung hantu endemik Sulawesi tengah, samar-samar membuat bulu kuduk mereka merinding.
Setiap gemerisik di semak-semak membuat jantung mereka berdebar kencang, tetapi daya tarik dari hal yang tidak diketahui membuat mereka terus maju.
Hewan-hewan makhluk nokturnal menikmati kegelapan. Ke mana pun mereka menyorotkan senter bisa terlihat mata yang bercahaya ada di mana-mana. Seolah-olah semak-semak tidak pernah benar-benar tidur. Langkah mereka lebih lambat dari hari sebelumnya, tetapi setelah berjalan selama berjam-jam, Mando akhirnya berhenti untuk beristirahat.
Bulan perlahan menunjukkan wajahnya, dan kegelapan itu berubah menjadi keperakan.
Mando duduk di atas batu datar dan mengeluarkan radio dua arah, memastikan kepada Paman Miko bahwa semuanya masih aman dan terkendali.
Pandu masih gelisah.