Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tolong, Beristirahatlah dengan Tenang

3 Oktober 2025   16:16 Diperbarui: 3 Oktober 2025   16:14 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mesin espresso yang disebutkan tadi mulai menyemburkan uap, mengeluarkan suara letupan mekanis, dan mulai memercik ke mana-mana.

"Baiklah, cukup! Aku - kamu - berhenti sebentar!"

Dinding berhenti memuntahkan darah. Mesin espresso berhenti memercik.

"Terima kasih. Maafkan aku karena mencari cara untuk mengusirmu, tapi aku sudah minum dan, yah, sebagai pembelaanku, kamu telah bertindak berlebihan akhir-akhir ini. Kau memang--"

Dinding mulai mengeluarkan cairan sekali lagi.

"Tahan, tahan. Sejak ibu meninggal, kamu bertingkah aneh. Kita berdua tahu itu. Tapi, itu bukan alasan untuk apa yang kulakukan."

Dinding berhenti berdarah. Hampir sepenuhnya.

"Terima kasih. Aku ingin membuat rumah untuk anak-anakku. Aku ingin hari Kamis dan akhir pekan bergantian menjadi waktu yang menyenangkan. Aku khawatir mereka akan takut dan tidak mau tinggal bersamaku. Wastafel yang dipenuhi laba-laba malam itu agak berlebihan."

Prakarya dari stik eskrim terbalik lagi. Letaknya agak miring lalu menjadi rata.

"Aku tahu; kamu mengekspresikan dirimu. Mungkin kamu bisa mencoba untuk sedikit lebih tenang? Aku tahu itu sulit karena dia sudah tiada, tetapi, mungkin kamu bisa fokus pada hal lain? Mungkin sedikit mengganggu tetangga atau mencari hobi lain?"

TV bergetar dengan gambar statis dan beralih ke Casablanca, film favorit Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun