Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Mitos tentang Kamu

25 September 2025   21:22 Diperbarui: 25 September 2025   21:22 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka meninggalkan Vinda dengan banyak penjelasan, tetapi tidak satu pun ada maknanya. Dengan kata-kata yang berbunga-bunga, mereka memberi tahu dia bagaimana, di mana, kapan, dan apa yang telah hilang darinya, tetapi mereka tidak dapat mengungkap alasannya yang tidak masuk akal.

Jadi, setelah para pengurus rumah sakit pergi, tanpa harapan sama sekali, Vinda pun menyerah.

Dia merobek seprai dari tempat tidurnya dan menjatuhkan perabotan. Dia meninju seorang perawat dan melemparkan sekantong garam ke seorang dokter yang lewat. Dia melarikan diri dari kamarnya dan, berlari cepat di lorong-lorong rumah sakit, meneriakkan kutukan terhadap masa depan. Ratapannya meninggi dalam nada yang menghancurkan harapan semua orang yang mendengarnya.

Vinda membuat tiga lantai pasien berhamburan ketakutan dan kebingungan sebelum sekelompok pria kekar berseragam hitam datang untuk menahannya. Mereka mengikatnya ke tempat tidur dan membawanya ke unit detoksifikasi.

Di sana, dengan telapak tangan lembut berisi obat yang menopangnya, dia menjadi tenang dan dia berpikir rasional.

"Bayi itu adalah keajaiban yang ditusukkan ke dalam diriku oleh malaikat," katanya kepada seorang perawat di unit tersebut. "Bayi itu akan menjadi penyelamat umat manusia. Itulah yang dikatakan malaikat itu ketika menusukku. Malaikat itu berkata bahwa aku membawa dunia baru di dalam diriku. Aku tahu aku harus membersihkan diri dan menjadi ibu yang baik. Mencari pekerjaan. Lulus Paket C dan belajar ketrampilan. Aku akan menjadi sesuatu. Aku akan menjadi sesuatu untuk anakku."

Perawat itu menepuk tangan Vinda dan berbisik, "Jadilah sesuatu untuk dirimu sendiri, Sayang."

Tetapi Vinda tidak menginginkan bagian dari dirinya sendiri. Dia percaya bagian-bagian tubuhnya sudah usang dan tidak berharga. Itulah sebabnya dia melarikan diri dari orang tuanya. Itulah sebabnya dia menyukai kehancuran yang dia temukan dalam narkoba. Satu-satunya bagian dirinya yang - menurutnya - mungkin pernah berarti adalah anak yang dikandungnya selama sembilan bulan terakhir. Anak yang benar-benar dia yakini telah ditanamkan di dalam dirinya oleh dua pria yang bermandikan apa yang disebutnya sebagai "cahaya yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata."

Namun, kini anak itu telah tiada. Dan para malaikat tentu saja tidak turun dari surga untuk mengangkatnya ke tempat tinggi. Jadi, Vinda membuat keputusan. Empat puluh delapan jam setelah terhuyung-huyung ke ruang gawat darurat dengan kontraksi, ibu muda dari calon juru selamat itu merangkak dari ranjang rumah sakitnya, memecahkan jendela ke kamarnya, dan mengusap-usap tenggorokannya dengan tepi beling yang tajam.

Saat darahnya melukiskan keputusasaan di dinding rumah sakit dan dia meratapi hidupnya, bayinya, yang masih sangat hidup, meskipun berbaring di dalam wadah limbah biomedis, menggulung tumor yang telah diangkat di mulutnya dan, luar biasa, mengucapkan kata pertamanya, sebuah kata yang akan menguatkan hati Vinda atau menimbulkan teror ke dalam jiwanya.

Dengan suara yang hanya dapat didekati jika sejuta orang mengucapkan kata yang sama secara serempak, makhluk itu, bayi itu, anak itu, berseru, "Lapar."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun