Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tolong, Jangan

19 September 2025   22:22 Diperbarui: 19 September 2025   21:27 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tidak bisa melakukannya tanpa kopi.

Aku bisa melihat wajahnya, saat dia berdiri di dekat pintu. Dia sedih, meski ada yang tampak lebih dari itu. Apakah dia khawatir, atau takut? Apakah dia tahu ini sedang terjadi? Apakah dia mencoba memberitahuku sesuatu, tanpa berbicara? Mengapa aku tidak memperhatikan?

Berkali-kali, aku berada di sana, dengan dia tepat di depanku. Kenapa aku tidak pernah memperhatikannya?

"Tolong, jangan," aku memohon. Kasir itu hampir tidak melirik ke arahku saat dia mengambil senjatanya, seperti yang selalu dia lakukan. Aku dapat mengingatnya setiap kali, lagi dan lagi, menghasilkan hasil yang sama, berulang kali.

Jika memang ada neraka, inilah dia.

Aku membuat janji diam-diam, kepada Tuhan atau siapa pun yang mungkin mendengarkan. Kalau aku bisa keluar dari masalah ini, aku tidak akan keluar untuk minum kopi. Aku akan memberitahu istriku apa yang ingin kukatakan.

Tolong biarkan ini berakhir.

Kasir tua itu mulai mengangkat senjatanya saat pria berpistol itu menoleh. Mulutku kering, mataku terbakar. Aku tidak bisa menyaksikan ini lagi. Aku harus melakukan sesuatu. Aku melemparkan diriku ke ruang di antara mereka. Ada suara yang keras, benturan yang dahsyat, dan rasa sakit yang tak terlukiskan.

Aku terbaring di lantai, dalam genangan darahku sendiri. Aku mendengar langkah kaki berlari, pintu toko dibuka dan ditutup. Penglihatanku memudar, tapi aku melihat kasir itu, wajahnya pucat, membungkuk ke arahku.

Dia hidup. 

Aku mengubah sesuatu, meskipun itu membutuhkan pengorbanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun