Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kekal Abadi

6 September 2025   13:58 Diperbarui: 6 September 2025   13:58 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku meraba leher botol yang terbuat dari kerawang, dan menyentuh bola udara yang dipasang dengan selang jaring kecil.

Cahaya matahari sore menusuk tepi kaca botol, menyinari cairan di dalamnya.

"Apa ini?"

Penjual itu mendongak dari ponselnya dan menarik kakinya dari bawah meja. Dia menyeringai.

"Bukan 'apa ini,' sayang. Tanyakan, 'Apa fungsinya?'"

Karena belum apa-apa aku sudah bosan dengannya, aku bersiap untuk beralih. Dia melihatnya di mataku dan bergegas menuju bagian lucunya. "Teknologi nano untuk membuat segalanya bertahan selamanya."

"Serius?" katamu. Kamu suka menantang kebenaran suatu pernyataan. "Buktikan."

Pria itu mengangguk, dan meminta salah satu sepatumu. Kamu menggelengkan kepala. Tapi aku suka menjawab tantangan. Lagipula, sepatu Warrior ini sudah tua. Aku menyerahkan sebelah, dan berdiri dengan satu kaki seperti burung kuntul di rawa-rawa muara, tumit kiri telanjang menyentuh betis kanan.

Dia menarik ember seng dari bawah meja, mengeluarkan barang-barang dari dalamnya. Lalu dia menyemprotkan Warrior hitam putih kelabu milikku, menjatuhkannya ke dalam ember, mengambil obor las tangan metilasetilena-propadiena, dan menyalakannya.

"Tunggu sebentar!" kataku.

Tapi terlambat. Api menjilat sepatuku. Aku harus melompat dengan sebelah kaki menghindari becek saat kembali ke mobil nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun