Saat Yang Tertua meninggal dunia, yang lebih muda darinya berusaha mengambil cahaya terakhir Alam Semesta yang dijaganya erat-erat. Lelaki, Perempuan, Jejaka, Gadis, berangkat menembus kegelapan, menuju titik kelabu temaram yang menonjol di tengah-tengah kegelapan tak berujung pangkal.
Mereka berempat meraba, terseok dan tersandung, dan berjuang bagai buta seperti yang mereka alami selama ini. Hingga saat itu, titik kecil cahaya tersebut hanya akan muncul sesekali ketika anak tertua membiarkannya terlihat, seolah-olah memberikan kedalaman dan jarak pada kebutaan mereka.
Saat mencapainya, mereka menemukan Yang Tertua sebagai garis samar-samar dengan cahaya terakhir di dadanya. Bagi mereka, semua tampak bagai pusaran cahaya mengepulkan asap, berenang dalam tepi bola yang tak terlihat, seperti sekumpulan kecil ikan renik, menembus kegelapan dan membuat menciptakan ilusi lingkaran cahaya diam dalam penglihatan mereka.
Keempatnya meraihnya dan menyentuhnya, merasakan kehangatan menyebar ke seluruh anggota tubuh mereka.
Oh, betapa hebat yang mereka rasakan, melihat garis dan pola dalam tubuh mereka sendiri, sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya dan sesuatu yang paling tidak akan pernah mereka lihat. Namun beban memikul cahaya terakhir Alam Semesta menyebabkan masing-masing ragu untuk mengangkatnya.
Akhirnya Lelaki meraih sumber cahaya, mengambil dengan tangannya dan menggendongnya di dadanya, menyebabkan lingkaran pecah terburai dan kumpulan cahaya hangat hanya terpusat pada tempat dia menghadap dan di dadanya sendiri.
"Aku harus melindungi cahaya ini seperti yang dilakukan Yang Tertua, menjaganya tetap aman dan menyimpannya untuk kita," kata Pria itu.
"Aku rasa kita tidak bisa melakukannya sendiri," kata Perempuan. "Kita harus membaginya dengan Tetangga dan Teman, mereka akan membantu kita menjaganya tetap aman dari Orang Asing dan Musuh."
Lelaki menarik sumber cahaya lebih dekat dan cahaya meredup saat dia melakukannya. "Bodoh sekali kamu mempercayai Tetangga dan Teman, mereka bersaudara dengan Orang Asing dan Musuh."
Jejaka and Gadis menyaksikan pertengkaran keduanya, tak berdaya hanya sebagai pengamat. Ini bukan waktunya mereka membawa lampu. Jejaka bertanya-tanya hal buruk apa yang mungkin terjadi jika Orang Asing dan Musuh mendapatkan terangnya. Sementara itu, Si Gadis mendapati dirinya terpukau dan terpesona oleh bola yang berputar-putar itu dan lengan-lengan Si Lelaki yang kini dapat dilihatnya untuk pertama kalinya dalam hidupnya ketika mereka terbungkus dalam gulungan yang bersinar mengelilingi bola dunia yang semakin gelap.