Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Waktu Membeku

28 Agustus 2025   14:14 Diperbarui: 28 Agustus 2025   08:42 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Setelah beberapa detik, Andro menyadari bahwa dialah satu-satunya orang di dalam mobil itu yang berteriak.

Sedetik setelah itu, hanya dialah yang bergerak.

Dan ketika dia menyadari bahwa dialah satu-satunya benda yang bergerak ke mana pun. Gagasan tentang detik, menit, atau jam, waktu berlalu atau tidak, tampak tak ada artinya.

Mobil itu membeku di udara, baru saja melewati pagar pembatas. Setengah di jalan, setengah lagi berada di lereng gunung yang kosong, tapi tidak lagi bergerak.

Penumpang lain terjebak di antara momen-momen tersebut: Ian, cengkeraman maut di roda kemudi, tetesan air liur kecil melayang di udara dari sudut mulutnya yang terbuka lebar. Di kursi belakang, Lanni dan Dania saling berpelukan ketakutan. Saling menempel tak bergerak oleh kekuatan yang tak kelihatan.

Andro membalikkan kursinya dan lama menatap Dania, sambil menghindari menatap Lanni.

Lagipula, dia sudah muak melihatnya beberapa bulan terakhir ini. Sepertinya dia cemburu dengan cara Ian dan Dania saling berpandangan.

Dan sekarang ini ... apapun yang terjadi, dan yang bisa dia lakukan hanyalah melihat mereka.

Apakah mereka terjebak seperti ini selamanya? Atau apakah waktu akan terulang kembali dengan cara yang tidak bisa dijelaskan seperti saat berhenti, membuat mereka kembali bergerak dan terjun ke jurang menuju kematian?

Siapa bilang kamu harus menunggu dan mencari tahu? Sebuah suara dalam kepala Andro berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun