Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengabdian

26 Agustus 2025   10:10 Diperbarui: 26 Agustus 2025   09:19 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

"Kita harus menggunakan senjata itu sekarang. Saya tidak melihat alternatif lain."

Sebagian besar anggota Dewan lainnya mengangguk serempak, namun Chrisjen tampak terkejut. Ragu-ragu, dia akhirnya berbicara.

"Maksudmu Exsys ASI? Apakah kita punya sekarang?"

Vaziri memandangnya.

"Kamu baru, ya? Ada satu unit yang terkubur di Bumi Lama. Terakhir digunakan lima abad yang lalu, namun telemetri menunjukkan bahwa alat tersebut masih berfungsi."

Ekspresi wajah Chrisjen berubah menjadi kemarahan ketika dia menyadari implikasinya.

"Jadi kalian membiarkan Tata Surya Bekkechon di bawah kendali Droughnod, membahayakan 90 miliar manusia, dan membunuh satu miliar manusia dan droid? Kalian mengalihkan pasokan darah warga sipil ke sistem pertahanan, membiarkan miliaran orang lainnya mati kelaparan? Dan kalian sudah mendapatkan solusinya baru-baru saja?"

Chrisjen kini berdiri dan bersandar di meja konferensi, menatap Vaziri. Keraguannya jelas telah hilang.

"Itu adalah keputusan yang disengaja, Chrisjen. Peristiwa baru-baru ini membuat kekuatan yang jauh lebih besar daripada Droughnod tertarik pada wilayah Republik. Unit kita hanya memiliki sisa waktu beberapa dasawarsa dan jika apa yang dikatakan intelijen benar, itu tidak akan cukup. Tapi kita tidak boleh membuang waktu lagi. Tim penggalian sedang bersiap. Semuanya setuju?"

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun