"Rianna, sayang, kamu sungguh terlihat cantik. Kamu sudah tumbuh menjadi wanita yang cantik," kata Tante Wilda, yang mengulangi apa yang dia katakan sekitar 36 menit sebelumnya.
Rianna tersenyum sopan dan melanjutkan perjalanan ke kamar mandi.
Melihat ke cermin, dia setuju dengan Tante Wilda. Dia memang terlihat cantik hari ini. Keluarlah lagi ponselnya lagi untuk berselfie kilat.
Upaya kesebelas menghasilkan gambar menyedihkan yang layak untuk diposting ke Instagram dan Facebook.
"Berdukacita untuk mendiang Oma. RIP, I love you, Oma Tince. "
Saat dia memeriksa emailnya, postingannya telah mendapatkan tiga suka dan satu komentar. Rianna tersenyum, meletakkan ponselnya dan kembali ke tempat duduknya.
Saat berjalan ke sana, dia melihat Theresa memberinya tatapan menghina.
"Apa?" ucap Rianna lirih sambil duduk.
"Nggak ada," kata Theresa pelan sambil membuang muka. "Gue kira kita seharusnya senang lu muncul."
Rianna ingin mencari tahu tentang apa ini saat itu juga, tetapi dia tahu hanya akan menimbulkan keributan, jadi dia duduk dan berpikir.
Apa sih, maksud Theresa? pikirnya. Cucu perempuan macam apa yang tidak muncul saat omanya meninggal? Tentu saja bukan yang ini. Itu bukan gue banget. Semua orang mengenal gue sebagai orang yang penuh perhatian dan suka melakukan kebaikan. Gue membagikan semua postingan yang bertanggung jawab secara sosial di Facebook dan sering kali melontarkan komentar dengan kata-kata yang tegas, jadi gue nggak ngerti kenapa Theresa marah ke gue. Mungkin Theresa masih marah karena gue nggak sempat menjenguk Oma di rumah sakit sebelum meninggal.