Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbanglah, Terbang

24 Agustus 2025   08:08 Diperbarui: 24 Agustus 2025   00:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Ketika giliran Samsul tiba di kelas, dia mengatakan apa yang diajarkan kepadanya. "Ayah saya seorang penulis."

Dia bisa saja mengatakan hal yang sebenarnya, "Ayah saya bekerja di bidang pemasaran." Tetapi tidak, orang tuanya telah menanamkan di kepalanya bahwa ayahnya adalah seorang penulis, seolah-olah ayahnya adalah Andrea Hirata.

Ayah dan ibunya telah menanamkan pesan tersebut ke secara subliminal ke bawah kulit kepalanya sebelum ubun-ubunnya menutup dan otaknya mengembangkan perlawanan yang lebih keras terhadap omong kosong orang dewasa.

Mereka telah melatih Samsul, keduanya, sejak dia dilahirkan. Mempersiapkannya untuk sekolah yang tidak ada urusannya untuk dia hadiri. Setiap anak lain di kelasnya setiap semester memiliki anggaran pembelian sepatu yang dapat meringankan utang dunia ketiga dan uang jajan harian yang cukup untuk menghidupi keluarga Samsul selama setahun. Mitos penciptaan keluarga mereka, yang dicetak di atas daun lontar, tidak menyertakan kata 'kelas menengah bawah' di dalamnya.

Tapi teman sekelas Samsul mengetahuinya. Lidya Tanujaya hendak mengajak anjingnya 'Hannibal' jalan-jalan dan membutuhkan kantong plastik, maka dia mengosongkan plastik yang baru saja mendarat di depan pintu, membuang semua surat edaran yang mengiklankan berbagai macam brosur supermarket. Dan begitulah cara dia menemukan kolom Belanja Cerdas milik ayah Samsul yang dicetak di kertas koran murahan menyoroti penawaran terbaik minggu ini untuk produk minyak kayu putih dan daging ayah. Wajar saja, Ariel menyebarkan penemuannya ke seluruh sekolah.

Samsul bisa saja merekayasa hubungan timbal balik dengan ayah teman sekolahnya, tapi dia adalah seorang pemimpi, bukan seorang pejuang. Dia mendambakan keluarganya adalah seperti dalam film. Ayahnya adalah pengacara di firma dengan meja ruang rapat yang cukup panjang untuk menampung seluruh keluarga besar bahkan tanpa menambahkan meja kursi, dan dengan pemandangan panorama Teluk Jakarta, atau kalau dalam film indie, Kota Batu.

Mereka tidak perlu bekerja dari garasi kosong seperti yang dia lakukan kecuali mereka harus bersembunyi sambil merencanakan penemuan virus untuk menyelamatkan dunia yang akan membawa mereka ke griya tawang di akhir musim tayang.

Ya, orang tuanya menyayanginya. Mereka menafkahinya. Mereka mengajarinya untuk tidak mencampur aduk kotak-kotak dengan garis-garis. Mereka telah melakukan semua pekerjaan remeh-temeh yang diperlukan, tetapi apakah hal itu harus begitu memalukan?

Ibu Samsul lebih parah lagi. 

Dia bekerja di laundry kiloan, melepaskan ikat pinggang saat memasukkan cucian basah ke mesin pengering. Tapi setidaknya dia bekerja keras di balik tirai tertutup. Dia juga seorang penjahit, tapi Samsul diinstruksikan untuk mengatakan "ibuku seorang perancang busana."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun