Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Telur yang Retak

22 Agustus 2025   10:10 Diperbarui: 22 Agustus 2025   07:49 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Wulan membungkuk di atas meja Ligna kecil. Poni rambut kecokelatan menyembunyikan ekspresinya. Sabda berdiri pada jarak yang terukur, tidak yakin apakah Wulan tertarik padanya atau hanya karya seninya. Lengan kasmir hitamnya ditarik ke atas hingga memperlihatkan Michele Serein dan lengan bawah berwarna sawo matang yang eksotik. Wulan mengangkat printout untuk dilihat lebih dekat.

Sabda bertemu Wulan di pameran keduanya. Pameran yang dia anggap cukup sukses. Sederhana, karena jarang ada yang hadir. Sukses karena dia menjual beberapa foto dan menerima ulasan yang baik. Menarik perhatian Wulan.

Mengambil potret itu dengan dua tangan, Wulan membalikkannya. "Ini sebenarnya bekerja dua arah."

Sabda tidak setuju. Ujung yang dalam harus berada di sebelah kanan. Gambar favorit berupa kolam berbentuk oval yang dari kejauhan lebih terlihat seperti telur yang pecah-pecah. Dinding putih meruncing bergulung ke dalam. Gradasi halus di tengah jalan dan genangan air berwarna coklat kekuningan menutupi dasar laut yang dicat biru.

"Itu hampir membuatku ingin bermain roller blade," kata Wulan sambil tertawa melihat-lihat fotonya. "Aku rasa kita pasti bisa melakukan sesuatu dengan ini."

Sabda melawan keinginan untuk menutup portofolio-nya. Sebaliknya, dia mengambil air mineral gelas dari dapur studionya. "Ada yang bisa kuberikan padamu?"

"Aku baik-baik saja," jawab Wulan sambil mengamati foto lain. Yang ini serangkaian lingkaran dan kotak. Tidak terlalu ramai, lebih seperti hampa. Garis kotor menandai saluran pembuangan. Daun beringin dan meranti berhamburan membusuk di trotoar yang mengilap.

"Apa yang kamu pikirkan saat mengambil semua ini?" Suaranya serak, tak terduga untuk makhluk tanpa cacat seperti itu. Seorang mantan perokok mungkin, terlalu sering berteriak-teriak hingga larut malam karena musik yang keras. Apa yang bisa dia tawarkan padanya?

"Ini sempurna untuk pameran lainnya," lanjutnya sambil tersenyum dan menempatkan beberapa lembar di dalam kotak. Dia bermain-main dengan susunan gambar. Mengubah urutannya di permukaan meja seperti puzzle. "Tapi presentasinya berbeda. Perusahaan yang akan mendapatkan pembeli yang tepat."

Siapa pembeli yang tepat? Sabda merenung. "Dan di ruang yang sesuai dengan suasana mereka. Dengan pendekatan yang tepat, kamu bahkan mungkin bisa menjualnya sebagai koleksi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun