Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Kulihat Melalui Matamu

5 Agustus 2025   22:43 Diperbarui: 5 Agustus 2025   22:43 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Penginapan dan makan sudah diurus untuk malam itu. Saat itu menjelang pukul enam di Nice, Prancis Selatan. Kupikir aku akan memesan sebotol bir dan pergi keluar, dan duduk di kursi geladak di tepi kolam renang untuk menikmati sedikit sinar matahari sore. Aku pergi ke bar hotel dan mengambil gelas dan sebotol bir, membawanya keluar, dan turun menuju kolam.

Ini adalah taman yang indah dengan hamparan bunga azalea dan pohon kelapa yang tinggi, dan angin bertiup kencang melalui pucuk-pucuk pohon palem, membuat dedaunan mendesis dan berderak seolah-olah terbakar. Aku bisa melihat kumpulan buah pinang bergelantungan di bawah dedaunan.

"Hei, Jimmy! Jimmy!"

Aku melihat sekeliling dan menemukan wajah dari masa lalu. Sebuah wajah yang, meskipun sepuluh tahun telah berlalu, tetap cemerlang, terlihat bersemangat dan gembira, seolah menatap ke dalam telaga kehidupan itu yang indah.

"Elvira!"

Kami berpelukan, dan aku mencium pipi mulusnya yang ditutupi pashmina sehingga hampir tak terlihat. "Vira, senang bertemu denganmu.Pesanlah minuman, kita ngobrol di sini."

Dia menghela napas. "Aku tidak bisa terlalu lama, Jim. Aku harus pergi pagi-pagi sekali, tapi bolehlah."

Aku memanggil pelayan, Elvira memesan minuman yang belum pernah kudengar, dan kami duduk di tepi kolam renang.

"Kamu terlihat cantik," kataku, mataku mengamati kakinya yang ramping dan kecokelatan. Dia mengenakan rok pendek bermotif kembang sepatu, menonjolkan pahanya yang indah, dan blus tipis yang serasi di atas kaus hijau zamrud.

Dia tersenyum dengan gigi seputih mutiara. "Kamu sendiri tidak terlihat sejelek dulu, Jim."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun