Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekarang Hilang Sudah

20 Juli 2025   09:09 Diperbarui: 20 Juli 2025   07:09 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kami meminta anak-anak memakai masker gas untuk berjaga-jaga. Mereka mematuhi prosedur standar karena dilatih dengan baik setiap saat.

Tunas-tunas hijau menempel di aspal mulus akibat panas radioaktif. Bunga patrakomala merah darah bersinar terang dalam gelap.

Mengingatkanku akan Bagegede, kota tempatku dibesarkan. Patrakomala adalah kebanggaan kami. Tumbuh begitu liar dan bebas, Bagegede benar-benar menjadi kota mereka, kami hanya tamu yang numpang lewat. Di musim hujan, tempat itu dipenuhi warna merah, oranye, dan emas, dan udaranya begitu harum manis sehingga kamu bisa merasakannya.

Sekarang hilang sudah.

Teman-teman Engkus---segelintir yang selamat---mengatakan dia terluka. Jika mereka tahu, mereka akan turun tangan. Tapi dia mengubur lukanya yang memakannya dari dalam, sampai dia hanya bisa mengeluarkannya sebagai sinar gamma dalam sekejap.

Mungkin jika dia tidak punya Bocah Kecil berlapis timbal, hal itu tidak akan terjadi. Dan mungkin jika ayahnya lebih sering memeluknya, dan mungkin jika dia mempunyai pekerjaan yang sesuai, dan mungkin-mungkin lainnya.

Mungkin tidak akan membawa orang tuaku kembali. Yang akan mereka lakukan hanyalah mengaitkan gagasan orang lain dengan gagasan-gagasan lucu dan kering tentang kesenjangan sosial.

Kami melewati kerangka besi beton sebuah sekolah tua. Sepertinya ide yang paling aneh kalau benar-benar dipikir---mengumpulkan anggota masyarakat yang terkecil dan terlemah, inkubasi masa depan kelompok, dan menempatkan mereka semua di tempat yang sama. Sebenarnya, apa yang kalian harapkan akan terjadi? Mungkin membagikan batu nisan mereka dengan buku pelajaran pada bulan Agustus.

Pembunuh ada di luar sana dan peraturan tidak melindungi kita. Sekalipun yang mereka miliki hanyalah pisau tumpul, batu, atau kepalan tangan. Sekolah itu mengingatkanku pada SMA Nusa bertahun-tahun yang lalu. Ingat cewek itu? Dia punya setengah megaton. Mampu membunuh seluruh kotanya. Apa yang menghentikannya? Hukum? Pendidikan moral? Tentu tidak. Seorang anak melihatnya datang dan membobol brankas rumah orang tuanya.

Yang dia lempar  padanya hanya seperempat kiloton. Bahkan tidak menghancurkan seluruh sekolah. Dia menyelamatkan ratusan ribu jiwa.

Pemandu melaporkan kontak dengan kelompok lain. Mereka mengatakan terbuka untuk berbicara dan negosiasi. Kami akan bertemu di alun-alun lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun