Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keputusan (2)

16 Juli 2025   23:42 Diperbarui: 16 Juli 2025   23:42 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil tertawa dengan napas terengah-engah, Yusak menghentikan permainan sepak bola bersama anak tirinya, Ruben.

"Waktunya makan es krim," kata Ruben sambil tertawa nyengir.

"Tentu saja, Nak," jawab Yusak sambil masih terengah-engah.

Dia melingkarkan lengannya di bahu Ruben sambil menuju ke rumah.

Luna memperhatikan mereka dari jendela dapur. Dia bersenandung seperti yang selalu dilakukannya saat suami dan anaknya bersama.

Yusak tidak bisa mempunyai anak sendiri, tetapi ia mencintai dan menyayangi Ruben sebagai putranya.

Luna dan Yuska punya cicilan kredit. Rumah masih mengontrak, mereka tidak dipromosikan di kantor.

Yang mereka miliki hanyalah harta  berupa keluarga dan cinta.

Cikarang, 14 Oktober 2023

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun