Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Badai Takdir (Dua Puluh)

7 Mei 2023   21:31 Diperbarui: 7 Mei 2023   22:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya....

"Mengapa kamu mengira begitu?" Angrokh kebingungan.

"Siapa yang menugaskan penjaga untuk kalian? Aku.  Aku sendiri yang memilih mereka. Artinya mereka adalah orang-orang setia kupilih karena loyal. Kamu menyuruh penjagamu untuk memata-mataiku atau orang lain di departemenku seperti Thozai. Jelas aku tahu tentang itu."

Dia melihat Angrokh menatap Zorth yang sedang bersama mereka, tapi Zorth tidak pernah menatap keduanya. Dia terus melangkah seolah-olah dia tidak mendengar apa-apa. Kendida melanjutkan, "Tentu saja aku mengutamakan keselamatanmu, jadi aku menempatkan setidaknya satu atau dua orang yang akan setia kepadamu dan hanya kamu."

"Zorth?" Angrokh bertanya dengan tatapan menyelidik.

"Sepenuhnya milikmu," Kendida menjawab, lalu berhenti, "Tentu saja kalau kamu berpisah dengannya, aku akan terpaksa menugaskan orang lain untukmu."

Mereka tiba di ruangan kerja Kendida yang sangat kecil tetapi efisien. Mereka ditinggalkan sendirian. "Apakah itu sebuah ancaman, Kendida?" Angrokh bertanya.

"Tentu saja tidak!" Kendida duduk di sisi lain meja. "Yang aku katakan adalah,  penjaga yang kutugaskan kepada masing-masing kalian seharusnya mengutamakan keselamatanmu, dan jika ada yang dikirim untuk misi mata-mata yang tidak akan menguntungkanmu dari segi perlindungan, maka dia tidak akan berguna dalam melakukan tugas utamanya."

Angrokh menyadari bahwa ini adalah Kendida yang dia kenal sebelum kedatangan Thozai, meskipun dia tampak lebih tua. Matanya masih bersinar penuh semangat yang menggelora, tetapi kulitnya agak berkerut seiring bertambahnya usia. Rambutnya menipis, tetapi orang tidak dapat mengetahuinya kecuali memperhatikannya dengan cermat seperti yang selalu dia lakukan.

"Jangan jangan menatapku seperti itu," kata Kendida.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun