Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Skandal Sang Naga (Bab 8)

2 Februari 2023   06:22 Diperbarui: 2 Februari 2023   07:13 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Pelayan itu tersenyum tenang, berkata, "'Cinzano Rosso, baijiu, dan Scotch on the rocks", lalu bergegas ke bar.

Archer berbalik ke arah kami dan senyum geli. "Pelayan itu itu tahu pasti berapa banyak yuan yang ditukar dengan dolar!"

Dia membuka lagi ritsleting tasnya. "Saya berbelanja dari pagi. Dapat barang oleh-oleh yang bagus. Lihatlah ini!"

Dia memasukkan tangan ke dalam tas dan mengeluarkan sebuah boneka kain, seorang gadis muda mengenakan pakaian tradisional cheongsam. "Cantik sekali, bukan?"

Bibir Ranya Vachel tersenyum tipis. "Ya, cantik."

"Tunggu sampai saya tunjukkan pembelian terbaik yang saya lakukan hari ini. Tawar-menawarnya seru sekali. Saya membelinya tak jauh dari sini."

Archer mengaduk-aduk isi tasnya, tidak menemukan apa yang diinginkannya. Dengan geraman jengkel dia mengeluarkan katalog lelang dengan huruf Kanji dan melemparkannya ke atas meja.

Aku melirik sampul yang mencolok itu. "Membawa sesuatu yang sangat Cina kembali ke rumah, Archer?" aku bertanya.

"Untuk keluargaku," katanya. Lalu dengan penuh kemenangan mengeluarkan kronometer yang dirancang dengan indah dan meletakkannya di atas meja. :Bagus sekali, bukan? Anda tahu apa mereka menyebut ini apa? Kronometer. Untuk pelaut. Mengukur waktu secara akurat sehingga Anda dapat menentukan garis bujur dan lintang saat berada di laut. Anda hanya perlu memutarnya, seperti ini...." Dia sangat menikmati memutar benda itu.

"Ini untuk keponakanku. Dia insinyur kecil. Setidaknya, begitu kata ibunya. Saya tidak tahu. Saya tidak punya keterampilan dengan matematika. Menjentikkan selubung dan menyetel kronometer, dan menghitung waktu dengan jarinya yang gemuk. Kemudian dia berhenti, lalu menyeringai puas. "Pokoknya, ini barang bagus!"

"Indah," kata Ranya Vachel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun