Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lembur Kuring Parahyangan

7 Januari 2023   23:59 Diperbarui: 8 Januari 2023   00:04 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tangan kita terjalin berjalan di malam dingin
kaki kita mengunyah sisa tempuyung dari tahun lalu
dan kuingat kamu membuka pintu ke Lembur Kuring

hatiku mencair, mengalir dari pori-pori
merembes lantai
dan kamu katakan padaku
ada seorang gadis dengan spesialisasi kopi aroma
menjadi emas saat mencapai tenggorokan
aku bertaruh dan ternganga
kamu minum hingga hatimu penuh air raksa

di sana di sampingku
kamu di samping dirimu sendiri

tapi itu dia
gadis incaranku dengan pembuka botol di pinggangnya
bernyanyi di sebelah, matanya ke mataku
dan hanya berhenti ketika senar kecapi terputus
tus!

ku tak bisa bilang kepadanya
aku sebenarnya tidak mengerti sepatah kata jua
tembang yang dia senandungkan
dan kamu cengkram tanganku
"Ini bukan ujian, atau latihan."
bola mata berkilauan bagai debu bidadari
dan ku bertanya apakah kamu perhatikan
tidak ada yang memakai sepatu

musik membuat kaki kita hangat
dan seperti Olivia dan John Travolta

Lembur Kuring menjadi Bollywood
musik dan tarian memikat
menuju lintas jalan yang akan kita lalui
mencari sesuatu
di Olimpus dan Valhala

Malam itu kusaksikan keajaiban alkimia
memaksa alam menuju khaos
kisah tentang seorang pria
yang berziarah mencari emas

dan dia menggali sepanjang hidupnya
hanya untuk menemukan kerangka
dari mereka yang pernah mencari seperti dia.

aku menumbuhkan sayap dan menyesap racunmu
upas mengalir melalui pembuluh darahku
melambangkan awal baru
mengungkap rahasia hatiku yang dulu
rumah yang tak jua ramah

adalah hariku menjadi penjelajah
sembilan angka sempurna
dan kaita masih punya delapan hari lagi dan
ketika malam berakhir
kami berubah menjadi makhluk burung bijak
menatap bintang dan mengikuti mereka
hanya untuk mendarat kembali di Lembur Kuring

tempat semuanya terjadi
satu-satunya perbedaan adalah
semua orang mengingat kita

kamu bilang, ini rumah kita sekarang
rumah tempat ingatan kita melekat
di benak mereka yang membiarkan kita mengembara
sejauh yang kita inginkan

tapi ingatlah untuk tetap membuka tangan
ketika kita akhirnya menemukan jalan pulang
dan mencairkan hati kita dengan cinta.

menjadi Lembur Kuring di Parahyangan

Bandung, 7 Januari 2023

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun