Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terdampat di Perut Bumi - Buku Satu: I. Terdampar (Part 17)

19 November 2022   11:00 Diperbarui: 19 November 2022   11:04 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Tiwi tersenyum. "Masih pagi, bodoh."

Awan melayang di atas mereka, berubah dari emas menjadi cokelat, lalu menjadi ungu, merah muda, dan oranye. Mereka menatap sekeliling dengan takjub.

Kabut pagi menggantung di atas lanskap yang membentang sampai berkilo-kilometer. Pohon-pohon palem berjajar di pantai, dan di kejauhan, pegunungan hijau dihiasi dengan berbagai warna menjulang tinggi ke langit. Tudung daun dalam rona musim gugur bersinar menghiasi pepohonan yang lebat. Di tempat cahaya matahari menyentuh, cakrawala berkilauan seperti sesuatu yang keluar dari dongeng.

"Ada apa dengan daunnya?" tanya Miko. "Kalau ini wilayah subtropis utara khatulistiwa dan aku yakin ini masih bulan Juli, semestinya bukan musim gugur."

Benar juga, pikir Tiwi. Ini daerah tropis atau subtropis?

Kalau masih di wilayah khatulistiwa, daun biasanya meranggas dan  jatuh ke tanah tanpa tampilan warna yang cemerlang. "Entahlah, tapi aku akan melukis ini saat aku kembali ke rumah---semuanya! Itu akan menjadi sebuah mahakarya."

Zaki mencolek sikunya dan tersenyum. "Gue tahu itu nanti bakal lu lakuin, tapi sekarang mari kita ke pantai."

"Balapan!" Tiwi berteriak dan mengayuh sekuat tenaga.

"Woi, curang!" Miko menenggelamkan tubuhnya dan menembus permukaan beberapa meter melewati Tiwi, lalu meluncur membelah air dengan presisi tinggi. Miko sangat kompetitif dan tidak pernah bisa menolak tantangan.

Jack memberi semangat kepada Miko, "Lu kudu ngebut, Mik! Tiwi udah deket!"

Tiwi mendengar tawa Zaki dan percikan besar di belakangnya. Tiwi meluncur melalui air berwarna merah muda untuk mengejar Miko. Itu dia. Tetap fokus. Posisi tubuh yang baik dan menendang. Yang harus dia lakukan adalah menoleh kepala ke samping untuk bernapas. Mengayuh dengan halus, panjang, dan kuat. Ritme yang stabil. Aku bisa mengalahkan orang-orang ini,nya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun