"Kamu tidak apa-apa, kan, sayang?" tanya Johan saat Halida akhirnya sadar dua puluh menit setelah dia menemukannya. "Jangan lakukan ini padaku, sayang. Kamu adalah segalanya yang kumiliki, dan aku tidak ingin kehilanganmu."
"Apa yang terjadi, Bang?"
"Aku tidak tahu....Aku menemukanmu di lantai di aula, dan membawamu ke sini ke sofa."
Halida memikirkan kembali apa yang telah terjadi padanya. Matanya melesat ke seluruh ruangan mencari sesuatu yang dia tidak yakin akan dia ketahui jika dia melihatnya. Sesuatu di ruangan itu telah membuatnya jatuh lantai.
Tidak ada apa pun di ruangan itu yang bisa mem buatnya jatuh. Apakah dia tersandung? Dia tidak bisa membayangkan benda apa itu, tapi segala sesuatu mungkin terjadi dalam kegelapan.
Dengan tatapan kosong, dia menatap kursi goyang. Bukankah tadi ada sesuatu yang duduk di sana? Tidak...Itu bodoh. Tidak ada apa pun di sana. Tidak ada apa pun di kursi antik. Mereka tidak pernah menggunakannya.
"Apakah kamu bisa tidur kembali, sayang? Atau apa sebaiknya aku menelepon Awang dan memintanya datang dan memeriksamu?"
"Jangan ganggu dia jam segini. Aku rasa aku bisa kembali ke tempat tidur, tapi sebaiknya Abang tetap membantuku. Aku merasa lelah sangat."
Membantunya berdiri, Johar menuntunnya melintasi ruangan. Ketika mereka hampir berada di atas kursi goyang, dia harus menarik istrinya menjauh. Halida pasti masih sedikit pusing, pikirnya, karena dia hampir menabrak benda bodoh itu. Mungkin dia lebih baik menggendongnya selama sisa perjalanan.
"Apa yang kamu lakukan, Bang?"